Berisiko Mengalami Degradasi, Bahasa Dayak dan Bahasa Melayu di Kabupaten Sanggau Mendesak Dilestarikan
Oleh: R. GIRING (Kepala Sadoq Pancur Kasih & Wakil Direktur Institut Dayakologi)
Bahasa Dayak dan Bahasa Melayu di Kabupaten Sanggau berisiko mengalami degradasi. Kondisi tersebut disebabkan beberapa faktor yaitu perkawinan campur, dominasi penggunaan Bahasa Indonesia, pendidikan, pengaruh sosial budaya dan perubahan lingkungan. Hal tersebut diungkap dalam laporan kajian/penelitian Keragaman Bahasa Daerah di Kabupaten Sanggau yang hasilnya diserahkan tim kajian kepada Sekretaris Bappeda Kabupaten Sanggau, Yulius Elto, M.A.P. yang didampingi Perencana Ahli Muda, Urai Mauludin, SP, pada Selasa (20/8/2024).
Laporan tersebut menyertakan Policy Brief Kajian Bahasa Daerah di Kab. Sanggau, berjudul “Berisiko Alami Degradasi, Bahasa Daerah di Kabupaten Sanggau Mendesak Dilestarikan” dan peta sebaran Bahasa Dayak dan Melayu di Kabupaten Sanggau. Tulisan ini menyajikan secara singkat hasil kajian tersebut.
47 Varian Bahasa Dayak & 3 Varian Bahasa Melayu
Berpendekatan identifikasi diri “self identification” kajian ini telah mengidentifikasi 47 varian Bahasa Dayak di Kab. Sanggau yang dituturkan 47 Subsuku Dayak. 47 varian ini meliputi 4 subvarian yang terdiri dari sub-subvarian di mana di dalam kelompok subvarian tersebut bisa saling mengerti satu sama lain “mutual understanding” apabila berbicara satu sama lain dalam bahasa masing-masing. Ini membuktikan bahwa di antara kelompok bahasa tersebut terdapat hubungan yang erat satu sama lainnya. Perbedaannya hanya pada dialek atau pengucapan kosakata tapi sama secara maknawi.
Kemudian terdapat 1 kelompok lagi yang berbeda satu sama lain dan unik yakni Bahasa Dayak Sikukng/Sungkung, Balantiatn, Ketungau Sesaek dan Dayak Senangkan. Persebaran kelompok penutur Bahasa Dayak tersebut terdapat di berbagai daerah kecamatan di seluruh wilayah Kab. Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat.
Penelitian ini juga mengidentifikasi 3 varian Bahasa Melayu di Kabupaten Sanggau. Bahasa Melayu Sanggau varian Kapuas (jalur Kapuas) cenderung intonasinya datar dan tegas bila dibandingkan dengan varian Sekayam (jalur Sekayam) yang cenderung mengayun. Di antara kelompok penutur Bahasa Melayu dalam varian Kapuas dan Sekayam, termasuk dengan varian Tayan (jalur Tayan) masih dapat saling mengerti satu sama lain. Bahasa Melayu Sanggau varian Tayan yang wilayah persebaran kelompok penuturnya terdapat di daerah Kecamatan Tayan Hilir, Toba, Meliau, Balai (Barang Tarang) dan Tayan Hulu (Sosok) secara kosakata memiliki sedikit perbedaan dengan varian Kapuas dan Sekayam. Ciri lainnya juga terletak pada cara pengucapan misalnya kata [Bila] pada varian Kapuas dan Sekayam, di varian Tayan menjadi [Bile]. Kata [Sopai] dalam varian Kapuas dan Sekayam menjadi (Sape) di varian Tayan.