Malam Solidaritas Aktivis Gerakan Masyarakat Adat dari 9 Negara itu Dimeriahkan Sanggar Asisi Batuah

108 Views

Penulis: Manuk Kitow & Roni| Editor: R. Giring &Tim Redaksi

Pontianak, KR – Jumat malam (30/8/2024), suasana ruangan tempat pelatihan itu terasa meriah. 40-an orang yang ada di situ berbusana dengan aksesorisnya yang khas.

Di acara “Solidarity Night” itu mereka siap menampilkan seni budayanya masing-masing. Acara ini digelar sebagai penutup dari 4 hari pelatihan Manajemen Pengetahuan untuk Komunikasi Pembangunan di Asia Pasifik.

Baca juga: https://kalimantanreview.com/aktivis-gerakan-masyarakat-adat-dari-9-negara-memetik-pelajaran-dari-masyarakat-adat-ketemenggungan-tae/

Mantir Pancur Kasih, John Bamba saat menyampaikan sambutan singkatnya.

Pelatihan yang diorganisir oleh Institut Dayakologi itu dilaksanakan oleh Yayasan Tebtebba dan IFAD, yang menghadirkan utusan dari 9 negara yaitu India, Banglades, Mongolia, Kamboja, Filipina, Indonesia, Vietnam, Papua Nugini, dan Italia.

Pentingnya Pewarisan Kebudayaan

Mantir Pancur Kasih, John Bamba, dalam sambutan singkatnya mengatakan pelatihan tersebut sangat penting. Ia mengharapkan agar pelatihan tersebut bisa menjangkau generasi yang lebih muda. Hal itu menurutnya, karena masa depan kebudayaan, tradisi dan identitas Masyarakat Adat berada di tangan generasi muda.

“Mungkin Anda bisa meloby Pemerintah Lokal Anda untuk memasukkan konteks lokal dalam pendidikan di negara Anda, karena anak-anak generasi muda sekarang sedang ditantang menghadapi masalah yang datang dari teknologi digital,” papar John Bamba.

Dalam sambutan berdurasi kurang 2 menit itu, dia juga berterima kasih kepada Yayasan Tebtebba dan IFAD yang memilih Kalimantan Barat sebagai tempat penyelenggaraan pelatihan.

Eleanor Dictaan Bang-oa dari Yayasan Tebtebba saat memberikan sambutannya.

“Saya dengar peserta pelatihan juga mengunjungi hutan adat di Ketemenggungan Tae. Jika Anda ke hutan adat di Bukit Tiong Kandang, Anda menyaksikan hutan terakhir, sedikit yang tersisa di Kalimantan Barat ini. Dulunya Kalimantan adalah negeri yang kaya hutannya. Tapi sejarahnya kini berubah. Kalimantan telah menjadi negeri minyak, kelapa sawit dan tambang. Saya pikir, jika Anda pergi ke banyak tempat di dunia, situasinya mirip seperti itu. Jadi saya senang Anda semua memilih Kalimantan. Selamat menikmati waktu yang pendek malam ini,” imbuh John.

Baca juga: https://kalimantanreview.com/peserta-pelatihan-manajemen-pengetahuan-untuk-komunikasi-pembangunan-asia-pasifik-dari-9-negara-berkunjung-ke-institut-dayakologi-ruai-tv-dan-tugu-khatulistiwa/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *