Kalimantan Barat, Apa Kabar

219 Views

Oleh: GIRING – Peneliti & Penulis Persoalan Sosial, Budaya dan Lingkungan

Ada banyak data dan informasi tentang berbagai peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini. Tulisan ini adalah hasil renungan penulis atas peristiwa-peristiwa penting akhir tahun 2024, dan awal tahun 2025. Termasuk bencana banjir yang menimpa berbagai daerah di Provinsi Seribu Sungai ini.

Beberapa orang yang memandu bus umum yang melintas di Kembayan mendadak viral di medsos lantaran mereka bersikap kasar dan berteriak-teriak meminta upah dengan sopir bus.

Baca juga: https://kalimantanreview.com/tiong-kandang-rumah-spiritual-adat-dayak/

Yang Terdampak

Ketua Satgas Informasi Bencana BPBD Provinsi Kalimantan Barat, Daniel, Rabu (29/1/2025), seperti dilansir Tribun Pontianak, mengatakan bahwa ada 6 daerah terdampak banjir yakni, Kab. Sambas, Kota Singkawang, Bengkayang, Mempawah, Kubu Raya dan Landak. Meskipun ia menyebut ada 5 kabupaten telah menetapkan status tanggap darurat bencana, tapi dari enam daerah tersebut, total ada 102 desa, 33 kecamatan, dan 22.843 KK atau 87.661 jiwa yang terdampak banjir, dan penduduk yang mengungsi sebanyak 107 KK dan 627 jiwa, dan rumah yang terendam tercatat 10.818 unit.  Laporan Tim Reaksi Cepat BPBD Sambas, Jumat (31/1/2025), seperti dikutip Antara, menyatakan bahwa di antara ribuan warga terdampak, ada 2 anak meninggal dunia, masing-masing usia 11 tahun dan 11 bulan.

Begitulah beberapa kondisi betapa rentannya wilayah-wilayah terdampak banjir tersebut. Dampak banjir tidak sekadar karena debet air yang meninggi sehingga tergenang di mana-mana, menghambat lalu lintas orang dan barang. Kesehatan masyarakat, lingkungan dan persoalan sosial dipastikan muncul pasca banjir mereda. Ini tak boleh disepelekan.

Baca juga: https://kalimantanreview.com/hakikat-kerja-budaya/

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Instagram resminya, Sabtu, 1 Februari 2025, memasukkan daerah Kalbar sebagai salah satu wilayah dalam daftar peringatan dini hujan sedang lebat dan angin kencang. Berkenaan dengan faktor penyebab banjir, analiss BMKG juga menengarai bahwa pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit turut berkontribusi pada banjir.

Baca juga: https://kalimantanreview.com/kebudayaan-dan-gerakan-sosial-pengalaman-organisasi-odesa-indonesia/

Bila kita kembali sejenak ke beberapa waktu di tahun 2024, maka bencana banjir di awal 2025 ini terjadi ketika semangat dan gairah Pemerintah Daerah sedang tinggi-tingginya memberikan selebar mungkin investasi masuk untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Tribun Pontianak, Jumat (18/10/2024) melansir pernyataan Pj Gubernur Kalbar, dr. Harisson bahwa Kapuas Economic Forum yang digelar Bank Indonesia sebagai wadah katalisator pembentukan ekosistem investasi daerah, termasuk sebagai media dialog antara pemerintah pusat dan daerah, guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Bukan Sekadar Peristiwa Alam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *