Aktivis Gerakan Masyarakat Adat dari 9 Negara Memetik Pelajaran dari Masyarakat Adat Ketemenggungan Tae


Sementara itu Kepala Desa Tae, Melkianus Midi menambahkan jika pihaknya berterima kasih kepada seluruh aktivis dari 9 negara, juga kepada Institut Dayakologi yang mendampingi kunjungan peserta ke desanya. Dia mengenalkan Desa Tae yang teridiri dari 8 kampung, yakni Tae, Bangkan, Mak Ijing. Semangkar, Maet, Teradak, Padakng, dan Peragong. “Total luas desa kami 2.538,55 hektar. Hutan adat kami lengkap isinya, seperti tengkawang, belian, manggis, durian, nangka, bambu, rotan, karet alam, obat-obat alami, dan bermacam-macam hewan, serta tempat-tempat keramat,” imbuh Midi.
Pak Napis, Kawil Semangkar menambahkan, saat musim buah, durian di semua kampung di Desa Tae berlimpah. “Di sini, khususnya di hutan adat Dusun Semangkar yang berpenduduk 301 jiwa ini, juga masih tersedia pohon aren yang biasa disadap untuk diolah menjadi gula aren. Gula aren menjadi salah satu produk khas Tae sebagai usaha musiman warga,” kata Pak Napis.
Ibu Lusiana Icin, anggota usaha produktif dari Kampung Bangkan menambahkan jika kelompoknya memiliki kebun sayur kacang panjang yang kadangkala dijual ke warga di kampung.
“Kami juga punya beberapa produk kelompok di antaranya bakul, ragak, nyiruk, dan jahe,” tambah Bu Icin yang juga relawan CUG-KFPPK ini.
Direktur Institut Dayakologi, Krissusandi Gunui’ saat memberikan sambutan mengatakan, Ketemenggungan Tae memiliki sejarah panjang hingga bisa seperti sekarang ini.
Setelah menguraikan dengan singkat pengalaman pendampingan Masyarakat Adat Ketemenggungan Tae, Gunui’ mengatakan bahwa tantangan yang dihadapi generasi muda di Desa Tae adalah pewarisan dan pelestarian kebudayaan. “Mulok budaya di 2 SDN di desa ini saja tidak cukup, meski sudah dilakukan seak 2014/2015,” pungkasnya.
“Perlu upaya yang lebih dari sekadar pengalaman selama ini. Ke depannya kita harus mengusahakan Mulok Budaya ini sampai ke tingkat SMP di seluruh lingkar Tiong Kandang di Kecamatan Balai Batang Tarang ini, selain upaya-upaya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk-produk lokal dari Ketemenggungan Tae,” tutup Gunui’.
Cristina Anggre Turut Bangga
SDN 05 Tae memiliki 81 pelajar. Sedangkan SDN 25 Padang 38 pelajar. Mulok Budaya diberikan kepada pelajar kelas 4 sampai dengan kelas 6. Pelajar SDN 05, Cristina Anggre (11), yang sekarang duduk di kelas 6 mengaku senang sekali bisa ikut menerima para tamu yang berkunjung ke Dusun Semangkar. Cristina bangga memimpin teman-temannya menampilkan keterampilan mereka memainkan musik ntuneng mengiringi lagu 17 Agustus 1945 atau Hari Merdeka ciptaan H. Mutahar.

“Saya dan teman-teman senang sekali bisa memainkan musik ntuneng dan menyanyikan lagu 17 Agustus 1945 ini. Saya merasa bangga. Terima telah mengajak kami,” pungkas Cristina. [*]