Variasi Bahasa Di Kalimantan Barat Cerminkan Keberagaman Budaya

758 Views

Penulis: Manuk Kitow | Foto: Roni/Dok.ID/KR | Editor: Tim Editor & Giring

Pontianak, KR – Sore, Jumat (7/2/2025), belasan orang berkumpul di ruang Jurung Dayakologi. Diskusi Kebudayaan Dayakologi Seri ke-2 tersebut dihadiri mahasiswa STT Pastor Bonus, Pontianak, Universitas PGRI Pontianak dan beberapa aktivis, serta jurnalis Ruai TV yang meminati persoalan bahasa dan budaya.

Baca juga: https://kalimantanreview.com/kilasan-institut-dayakologi-dalam-gerakan-pemberdayaan-pancur-kasih/

Pemantik diskusi adalah Reilind Brigitta Lee Marani – mahasiswi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta yang akan mengakhiri masa magang di Institut Dayakologi.

Juwita – mahasiswi Universitas PGRI Pontianak menyampaikan gagasannya mengenai perlunya pelestarian bahasa daerah.

Giring, dalam pengantar diskusi mengatakan bahwa acara tersebut terkait dengan dua hal. Pertama, diskusi kebudayaan Dayakologi Seri ke-2 ini berdasarkan kesadaran kritis tentang kecenderungan degradasi bahasa dan kebudayaan, khususnya bahasa dan kebudayaan Dayak. Kedua, kebutuhan bagi mahasiswa peserta magang tentang perlunya mengeksplor topik tertentu yang merupakan minatnya untuk dijadikan objek studi dalam rangka menuliskan tugas akhir atau skripsinya.

“Kita memberikan Rei tantangan untuk menyiapkan makalah yang memotret tentang keunikan Kalimantan Barat, khususnya dinamika identitas Dayak dan Melayu Kalimantan Barat dari aspek bahasa dan kebudayaan sehingga kita menyediakan forum diskusi terbuka untuk mengeksplornya bersama para mahasiswa dan aktivis di bagian akhir masa magang,” jelas Giring.

Frater Tio – mahasiswa STT Pastor Bonus, Pontianak menyampaikan pengalamannya betapa sulitnya mengetahui bahasa Dayak karena begitu beragam.

Baca juga: https://kalimantanreview.com/kalimantan-barat-apa-kabar/

Keberagaman Budaya dan Identitas

Keberagaman budaya di Kalimantan Barat tidak hanya menciptakan variasi linguistik yang kaya, tetapi juga menjadi cerminan dari dinamika sosial yang terus berkembang. Menurut Rei, bahasa Dayak yang beragam, bahasa Melayu yang memiliki banyak ragam dialek memperlihatkan bagaimana interaksi antarbudaya membentuk identitas linguistik di Kalimantan Barat.

“Dengan terus berkembangnya komunikasi dan interaksi antaretnis, variasi bahasa di Kalimantan Barat akan terus mengalami perubahan dan mencerminkan keberagaman budaya hingga saat ini,” papar mahasiswi angkatan 2022 ini.

Suku Dayak dan Melayu merupakan dua kelompok masyarakat yang terbesar di Kalimantan Barat. Dinamika budaya antara Dayak dan Melayu di Kalimantan Barat mencerminkan kompleksitas hubungan etnis di wilayah ini.

Baca juga: https://kalimantanreview.com/tiong-kandang-rumah-spiritual-adat-dayak/

Lebih lanjut Rei mengatakan bahwa Dayak terus memperkuat identitasnya melalui gerakan budaya dan politik, sementara Melayu mempertahankan dominasi budayanya melalui Islam dan peran kesultanan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *