Refleksi Gerakan Lingkungan Hidup Dahulu dan Kini: Pesan dari Syukuran Walhi Kalbar
Sumber Teks: Release Walhi Kalbar | Foto: Andre Illu /WKB | Editor: Tim Redaksi
Pontianak, KR—Dalam momentum hari jadinya yang ke 34 tahun di Kalimantan Barat, dan ke 44 tahun di Indonesia, WALHI Kalbar menandai ungkapan syukurannya dengan menggelar diskusi “Refleksi Gerakan Lingkungan Hidup Dahulu dan Kini”.
Refleksi dihelat pada Selasa, 15 Oktober 2024,di Sekretariat WALHI Kalbar. Anderas S.Illu, Kepala Divisi WKR, Pendidikan dan Pengorganisasian Walhi Kalbar, yang memoderatori refleksi tersebut mengatakan, kegiatan Wahana Lingkungan Hidup Kalimantan Barat (WALHI Kalbar) ini dihadiri berbagai komponen organisasi, mahasiswa, CSO jaringan dan jurnalis.
Beberapa Pimpinan atau Direktur Walhi Kalbar dari masa ke masa, di antaranya John Bamba yakni Ketua Presidium Forda Walhi Kalbar, Shaban Stiawan, Anton P. Widjaya, Nikodemus Ale dan Hendrikus Adam bertindak menjadi pemantik refleksi. “Beberapa mantan direktur berhalangan hadir. Pemantik lainnya, adalah Hermawansyah, pendiri Lembaga Gemawan yang juga anggota lembaga WALHI Kalbar,” jelas Illu.
Para pemantik menyampaikan pengalaman dan gagasan mereka tentang bagaimana perjalanan gerakan advokasi lingkungan hidup seiring dengan perjalanan dari awal WALHI Kalimantan Barat dahulu hingga sekarang ini.
Sempat Vakum
John Bamba, Ketua Gerakan Pemberdayaan Pancur Kasih (GPPK), yang kala itu Ketua Presidium Forda Walhi Kalbar di awal 1990-an, menyampaikan bahwa di masa-masa awal, Walhi Kalbar sempat mengalami kevakuman meskipun ada puluhan lembaga yang bergabung sebagai anggotanya saat itu. Namun setelah diaktifkan di masa kepemimpinannya sebagai Ketua Presidium, anggota Walhi Kalbar saat itu hanya berjumlah sekitar 14 lembaga.
“Salah satu advokasi yang berhasil kala itu adalah advokasi terkait sebuah proyek HTI di daerah Kabupaten Sanggau yang didanai melalui pinjaman dari ADB (Asian Development Bank) saat itu,” papar John Bamba mengenang kisah silam. Ia menambahkan, melalui advokasi yang saling terkoneksi di berbagai level baik di lokal, nasional dan internasional, proyek HTI tersebut akhirnya dihentikan oleh ADB.
John Bamba mengingatkan bahwa alam ini mesti “diusahakan dan dipelihara” oleh manusia agar bisa “hidup dan selamat” yang dalam perspektif Walhi disebut “Adil dan Lestari”.