Kurikulum 2013, belum Jawab Tantangan Pendidikan di Kalimantan Barat
Kualitas rakyat dari suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan pendidikan dari pemerintahan nasionalnya. Inilah yang mendasari alasan mengapa para founding fathers Indonesia menjadikan cita-cita “mencerdaskan kehidupan bangsa” sebagai salah satu tujuan Nasional dari bangsa yang besar dan luas ini. Jadi, mandat nasional demi mengisi kemerdekaan yang diraih dengan perjuangan penuh pengorbanan itu, harus diletakkan pada misi mulia yakni pemerataan pembangunan di bidang pendidikan bagi seluruh rakyat di seantero Nusantara.
Pendidikan Nasional demi mencerdaskan kehidupan bangsa, membangun kharakter bangsa, memerangi kebodohan dan kemiskinan dijalankan dengan berpedoman pada kurikulum nasional dalam bingkai sistem Pendidikan Nasional. Nah, apa persoalan pendidikan di Provinsi Kalbar ini? Bagaimana pengaruh kurikulum pendidikan terhadap kondisi pendidikan masyarakat Kalbar? Berikut ini kami sajikan beberapa pokok pikiran yang berhasil disarikan dari hasil wawancara KR dengan Dr. Leo Sutrisno, Dewan Pakar Pendidikan Kalbar dan Dosen pada Fakultas MIPA Untan. Wawancara tentang Kurikulum 2013 ini berlangsung di rumahnya yang asri di Kompleks Untan, pada tanggal 6 Februari 2013 yang lalu.
Tantangan
Banyak pihak terkejut ketika mengetahui bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalbar menempati posisi terendah di urutan ke-28 dari 33 provinsi. Akar masalahnya adalah rendahnya kualitas pelayanan pemerintah dalam pendidikan, kesehatan dan ekonomi.
Secara sosial-demografis, masyarakat Kalbar memang mengalami pergeseran. Akses ke luar lebih terbuka meskipun kondisi infrastruktur pendukung masih belum memadai. Kondisi ini mendorong sebagian penduduk di sekitar perbatasan RI-Serawak terpaksa mengikuti pendidikan di Negara tetangga. Lebih dari itu, harus diakui bahwa akses kesehatan dan barang-barang ekonomi rumah tangga, lebih terjangkau ke Negara jiran ketimbang ke ibu kota kecamatan.
Kehidupan masyarakat yang semula hanya bergantung pada transportasi sungai kini mulai bergeser dan mengenal transportasi darat. Akses masuk barang dan orang pun semakin terbuka. Kehidupan sosial kini pun semakin heterogen dengan beragam kompleksitas permasalahannya. Alat teknologi dan komunikasi yang canggih turut mempermudah masuknya godaan pengaruh budaya luar hingga ke pelosok pedalaman. Itulah segelintir tantangan dalam upaya-upaya peningkatan IPM Kalbar ke depan. Agar tidak justeru terperangkap ke dalam masalah-masalah sosio-demografis, masalah moral, dan lain sebagainya akibat pengaruh dari tantangan-tantangan tersebut, maka masyarakat Kalbar membutuhkan daya saring/filter: kharakter, mental, wawasan pengetahuan yang kuat dan luas. Nah, bidang pendidikan diharapkan mampu menumbuhkan-kembangkan ketiga hal tersebut, agar kita, masyarakat Kalbar dan rakyat Indonesia, tidak kehilangan akar budaya kita, tempat berpijak dan pedoman bagi pertimbangan-pertimbangan kita dalam mengolah beragam pengaruh budaya luar tadi.