Nayak, Berkebun A’la Dayak Bakatik

1.611 Views

Menanam aneka sayuran dan pangan lokal

Oleh: R. GIRING

Bengkayang, KR

Di bulan April-Mei setiap tahun, sekitar masa panen padi usai, para keluarga peladang Dayak Bakatik senantiasa menyiapkan lokasi lahan untuk berkebun aneka jenis sayuran dan pangan. Proses berkebun ini disebut “nayak”. Sedangkan “tayak” lebih merujuk pada entitas kebun sayuran atau pangan itu sendiri. Untuk  sebuah  “tayak”  orang Bakatik  umumnya  membuka  lahan di lokasi yang berdekatan dengan ladang, lalu ditanami  dengan aneka jenis sayuran dan bahan pangan yang masih dihasilkan secara terbatas;– untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri. Selain itu, juga untuk tujuan pengadaan bibit atau benih untuk masa tanam tahun berikutnya. Dalam menyiapkan lahan, mengolah hingga memanen kebun tersebut, kaum perempuan memiliki peran penting karena paling banyak mengkontribusikan tenaganya. Biasanya sebuah “tayak” dikerjakan sendiri  oleh  keluarga  si  pemiliknya karena sebuah “tayak” luasnya tidak terlalu besar yakni tidak mencapai 1 ha. Selain itu, sangat jarang sebuah “tayak” dikelola dengan sistem kerja bergulir, baik dengan sistem pangari maupun santarik seperti halnya saat mengerjakan sebuah ladang atau uma’. Antara pangari dan santarik ada perbedaan, tapi akan diulas tersendiri nanti.

Meskipun kini kehidupan masyarakat Dayak Bakatik sedikit- banyak  sudah  mendapat  pengaruh dari nilai-nilai ekonomi uang, namun kebanyakan dari hasil kebun “tayak” tadi, sampai sekarang tidak banyak yang mereka perjualbelikan. Memang ada peluang memasarkan hasil kebun dari kampung yang dikelola secara organik itu. Akan tetapi masih sangat sedikit jumlahnya. Sebut saja, di kota Bengkayang sendiri, di area terminal bis antarkota, setiap pagi sekitar pukul 5:00 hingga 8:00 WIBA, hanya dengan bermodalkan alas karung seadanya, para ibu-ibu menjajakan beragam jenis sayuran dan buah kampung,   terutama   sayuran   dan buah hasil dari “tayak”, dan selalu habis terjual. Seturut musim, sayuran dan buah hasil dari uma’ (ladang) juga kadangkala dijajakan di situ, dan laris manis juga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *