KERUSAKAN EKOLOGIS, BENCANA ATAU WACANA Potret Pengelolaan Sumber Daya Alam di Kabupaten Melawi
PALANGKARAYA-BANJARMASIN KR
“Banjir terjadi karena banyaknya perusahaan skala besar yang mengambil tanah, hutan dan sumber daya alam milik Masyarakat Adat di Melawi,”
kata Mijar
Bencana ekologis terjadi hampir setiap tahun dan merata di seluruh Provinsi/kota di Indonesia, tidak terkecuali di Kalimantan Barat, khususnya di Kabupaten Melawi. Menurut penuturan warga Nanga Pinoh, “banjir pada 2008 merupakan banjir terbesar sepanjang sejarah Melawi. Ketinggian air mencapai 3-5 meter hingga menggenangi Tugu Apang Semangai yang berada di jalan besar”, kata sumber KR tadi.
Di penghujung tahun 2012, Kota Nanga Pinoh kembali dilanda banjir, walau tidak separah tahun 2008 lalu. Banjir menggenangi permukiman penduduk di sekitar Sungai Melawi dan area pasar sehingga aktivitas jual-beli terpaksa dilakukan di atas perahu. Berbagai aktivitas transportasi darat juga terhenti karena jalan raya tergenang air. Hal ini berdampak pada kenaikan harga sembako karena langkanya stok barang.
Pak Udong, warga Melawi mengatakan “pada banjir 2012 ini genangan air di toko-toko yang berada di tepi Sungai Melawi hanya sampai pertengahan pintu utama, atau kira-kira 2 meter tingginya. Dampaknya barang kebutuhan pokok berkurang sehingga harga barang tersebut menjadi mahal, karena truk pengangkut barang makanan pokok tidak bisa sampai ke Kota Nanga Pinoh”. Hal senada juga diungkapkan oleh Pak Mijar, “memang banjir kali ini (2012) di Melawi tidak setinggi pada tahun 2008, tapi dampaknya tetap saja masyarakat kecil yang menjadi korban. Yang jelas barang kebutuhan pokok menjadi sangat mahal. Kalau harga barang naik maka yang tidak mampu membelinya adalah masyarakat kecil.” Pak Mijar menambahkan, “banjir terjadi karena banyaknya perusahaan skala besar yang mengambil tanah, hutan dan sumber daya alam milik Masyarakat Adat di Melawi.”