Masyarakat Adat Ketemenggungan Bi Somu, Desa Semongan, Kec. Noyan Gelar Pelatihan Menggunakan Alat Pemetaan Partisipatif


Penulis: Manuk Kitow | Foto: Gun & Octa/Dok. ID/KR | Editor: Kriss Gunui’ & Giring
Semongan, Kec. Noyan, KR – “Rina’ Bekudua Tompo Linua, Rina’ Bupoyo Tompo Roto… Surua Tompo!” Sapaan adat dari Ketemenggungan Bi Somu tersebut menggema di Kantor Kepala Desa Semongan, Senin (24/3/2025). Lebih dari dua puluh warga dari 4 dusun itu tampak serius mengikuti pelatihan pengoperasian alat pemetaan partisipatif wilayah adat.
Dayakologi mendatangkan Direktur PPSDAK, Saulus Edy, untuk melatih penggunaan alat pemetaan partisipatif berupa GPS (Global Positionioning System). PPSDAK adalah lembaga anggota Gerakan Pemberdayaan Pancur Kasih (GPPK) yang miliki pengalaman panjang memberikan pendampingan Masyarakat Adat di Kalbar dan berbagai wilayah di Indonesia dalam melakukan pemetaan partisipatif wilayah adatnya sejak tahun 1994/1995.

Pelatihan ini bagian dari respon atas surat permohonan pendampingan kepada Dayakologi dan Laja Lolang Basua’ yang diajukan Temenggung Semongan, bersama tokoh perempuan dan pemuda Semongan dengan persetujuan Pemdes Semongan.
Hal tersebut dikatakan PO Divisi Advokasi, Transformasi dan Pemberdayaan Holistik Dayakologi, Oktavian saat menghantar pelatihan sekaligus memperkenalkan lembaga PPSDAK dan Saulus Edy selaku pelatih.

Temenggung Semongan, Andreas Lomon mengapresiasi kehadiran perwakilan warga dari kampung-kampung. Ia mengharapkan peserta pelatihan bisa mempraktikkan keterampilan menggunakan alat pemetaan untuk mulai memetakan wilayah adat Ketemenggungan Bi Somu, Desa Semongan.
“Sebagai komunitas adat “penyangga” situs sejarah budaya Tampun Juah, hanya Masyarakat Adat Bi Somu yang belum ditetapkan pengakuan dan perlindungannya melalui SK Bupati Sanggau,” ujarnya.