Masyarakat Adat Dayak Seberuang Memperkuat Pemahaman Bersama tentang Budaya dan Adat Istiadat: Catatan dari SPMAD di Kampung Ansok
Penulis: Apai Angas | Foto: Okta/Dok.ID/KR | Editor: Kriss Gunui & Giring
Ansok, Hulu Tempunak, KR—Mobil hilux yang membawa kami melaju perlahan menembus hujan menuju Ansok, Desa Benua Kencana, Kec. Tempunak Kab. Sintang, Kalimantan Barat. Jalan masuk ke kampung ini berbatu-batu. Sesekali melalui jalan tanah berlobang, licin berlumpur. Ini kali pertama tim Sekolah Pemberdayaan Masyarakat Adat a la Dayakologi (SPMAD) mengunjungi kampung Masyarakat Adat Dayak Seberuang ini.
Di mobil kami berenam, termasuk driver. Akhirnya meski terasa cukup sesak, Okta, Ella, Silva, Liyun, Otoh dan sayapun tiba di Ansok jam 15.00 Wiba. Tidak terasa, kami telah menempuh jarak 78 KM dari Kota Kecamatan Nanga Tempunak.
Dalam kunjungan di minggu pertama November 2024 itu, tim kami langsung menuju kediaman Antonius Antong. Seorang warga, kelihatan energik langsung menghentikan aktivitasnya saat membelah kayu dengan mesin chainsaw. Bapak Jantan (73) namanya. Ia langsung mempersilahkan kami masuk hingga kami berbincang-bincang.
Selang beberapa menit kemudian, seorang warga berambut panjang dengan bersepeda motor datang, bergegas masuk menyapa kami. Dialah Antonius Antong (48), yang kami tunggu-tunggu.
Pak Antong segera bergabung dengan kami dan sekadar basa basi menanyakan pengalaman kami memasuki kampung ini. Obrolan santai diselingi derai tawa dan gurauan kecil layaknya para sahabat yang sudah lama tak berjumpa langsung.
Obrolan kami tentang topik pentingnya Sekolah Pemberdayaan Masyarakat Adat a la Dayakologi (SPMAD) bertujuan memperkuat Masyarakat Adat itu sendiri. Malam itu, Pak Antong dan beberapa tokoh warga Ansok, dengan senang hati mempersilahkan tim untuk memperkenalkan dan mengawali SPMAD bersama warga.
Lingkar Bukit Saran dan Identitas sebagai Masyarakat Adat
Ekosistem Kampung Ansok berada pada bentang alam yang dekat Bukit Saran. Bukit yang terkenal dengan sakralitasnya di daerah Kab. Sintang dan Melawi ini memiliki tinggi 1741 mdpl (meter dari permukaan laut). Bukit ini juga menjadi sumber air bagi Sungai Tempunak.
Komunikasi tim dengan Antonius Antong (48), Ketua AMAN Kab. Sintang, diketahui bahwa Kampung Ansok telah melakukan pemetaan partisipatif. Luasnya 1.173,83 hektar, sedangkan hutan adatnya seluas 140,24 hektar. Kampung ini dihuni oleh Masyarakat Hukum Adat Dayak Seberuang, dan telah ditetapkan dengan SK Bupati pada tanggal 27 Juni 2020, sedangkan SK Penetapan Hutan Adat dari Menteri LHK pada tanggal 22 Februari 2023. September 2024 ini penduduk Kampung Ansok berjumlah 290 jiwa, terdiri dari 145 penduduk perempuan dan 151 penduduk laki-laki.