Institut Dayakologi jadi Narasumber Dalam Webinar “Normal vs New Normal: Refleksi Antropologi”


Sharing ID tadi malam didasarkan atas refleksi dan pengalaman panjang Institut Dayakologi bekerja di lapangan bersama komunitas, terutama masyarakat adat Dayak di berbagai daerah di Kalbar. Giring mengatakan bahwa kearifan lokal yang bersumber pada nilai sosial budaya orang Dayak menjadi semacam pedoman dalam berelasi dengan sesama-alam-Sang Pencipta selama ini merupakan modal sekaligus model, baik dlm konteks mitigasi maupun adaptasi (dampak) pandemi Covid-19.
“Sekarang adalah momentum untuk memperkuat dan meningkatkan daya manfaat dari 7 nilai sosial budaya dalam menjalankan strategi mitigas dan adaptasi pandemi Covid-19 untuk keseimbangan, keharmonisan (kenormalan) dunia bersama ini” ujarnya. Mengutip John Bamba (2000) “7 Tuah Manusia Dayak”, Giring mengatakan bahwa ini merupakan nilai sosial budaya—bagian dari kearifan lokal masyarakat adat Dayak yaitu: (1) Ritual-spiritual, (2) Kebersamaan/solidaritas/kolektivitas, (3) Kesinambungan/kelestarian, (4) Subsisten/prinsip ketercukupan, (5) Kepatuhan pada adat istiadat & hukum adat, (6) Alamiah/naturalitas, dan (7) Keanekaragaman/diversitas. Dia juga melihat bahwa momen seperti saat ini adalah peluang meningkatkan kreatifitas agar bisa terus survive, sebab pascanya (berakhirnya) belum bisa diprediksi.
Sedangkan Bambang Setiawan menandaskan perlunya menumbuhkembangkan sodalitas atau jalinan kolektivitas di level bawah, menumbuhkan kepercayaan pada sarana publik dengan berbagai apresiasi, dan membuka tawaran ekonomi baru terhadap pola hidup yang berubah.
Webinar dengan 50 lebih peserta ini dihelat pada, Kamis (30/7/2020), jam 19.00 Wib – usai, atas kerjasama Asosiasi Antropologi Indonesia (AAI) PengDa Kalbar dengan Jaringan Kekerabatan Antropologi Indonesia (JKAI). Opening Speech adalah Prof.Dr.Pawennari Hijjang, MA, Kordinator AAI Wilayah Sulawesi dan Kalimantan.
Adapun para narasumber adalah (1) R. Giring (Institut Dayakologi), topik Modal dan Model Harmoni (Kenormalan) Dunia Bersama: Pelajaran dari Masyarakat Adat Dayak”, (2) Bambang Setiawan (Litbang Kompas), topik Akseptasi dan Resistensi terhadap “Normal Baru”, (3) Dr. Ikhtiar Hatta, M. Hum (Ketua Departemen Antropologi FISIP Universitas Tadulako), menyajikan topik Tubuh Ambigu di Tengah Pandemi Covid-19.