Institut Dayakologi Hadiri Acara Peringatan Bulan Bahasa dan Sastra, Oktober 2022


Hadir secara online dari Provinsi NTB, sekaligus menjadi narasumber dia menghimbau agar semua pihak melakukan revitalisasi bahasa dan sastra daerah karena keberadaannya semakin terancam karena pengaruh globalisasi.
Narasumber lain yaitu budayawan Kalbar, Prof. Dr. Chairil Effendy, M.S. Dia menyoroti potensi kebhinekaan bahasa dan sastra daerah dapat menjadi unsur penguat lokalitas yang berkeindonesiaan.
Kemudian, Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Provinsi Kalbar, Windy Prihastati, S.STP., M.Si. Dalam pemaparannya, dia mengatakan bahasa dan sastra bisa menciptakan sarana penunjang peningkatan ekonomi kreatif masyarakat. Di sela acara setengah hari itu ditampilkan Musikalisasi Puisi dari SMA Kristen Immanuel Pontianak dan Selingan Tundang dari SMAN 3 Pontianak.
Poin Penting
Pokok-pokok pikiran yang muncul dan patut diperhatikan adalah (1) mengakomodir bahasa dan sastra dalam kurikulum muatan lokal untuk membangun literasi di Kalbar, (2) Kalbar kaya bahasa dan sastra daerah, (3) mendukung penggunaan bahasa dan sastra daerah untuk promosi ekonomi kreatif dan mengoptimalkan sektor pariwisata, (4) bahasa dan sastra sebagai warisan budaya punya filosofi yang sarat nilai, (5) mengoptimalkan kerjasama jaringan dan kolaborasi untuk melestarikan bahasa dan sastra daerah, (6) apresiasi bahasa dan sastra daerah cenderung menurun karena pengaruh dampak globalisasi, dan (7) optimalisasi penggunaan bahasa daerah sebagai khazanah budaya daerah dalam berbagai kesempatan.
Mewakili Institut Dayakologi, R. Giring menyampaikan ucapan terima kasih atas undangan dalam rangka peringatan Bulan Bahasa dan Daerah itu. Menurutnya, bahasa adalah ekspresi budaya yang paling utama dan punya peran paling awal seiring adanya kehidupan bermasyarakat di dunia ini.
Sedangkan sastra adalah bagian dari bentuk dan ekspresi bahasa. “Sebagai kekayaan budaya daerah, bahasa dan sastra daerah harus dilindungi, diselamatkan, diberdayakan dan dilestarikan agar tetap eksis di tengah pengaruh modernisasi, ” pungkas Giring. (*)