GAWAI PADI DI TENGAH PANDEMI: PENGALAMAN MASYARAKAT ADAT KAMPUNG SEGUMON

2.640 Views

Selain itu, gawai tahun ini juga tidak menerima tamu, tapi hanya diprioritaskan tamu keluarga terdekat dari kampung tetangga saja. Hiburan warga yang mengundang kerumunan juga ditiadakan.

Pak Dogim (70) selaku Kepala Adat Kampung Segumon atau Perabu, saat diwawancara, Senin (25/5/2020) mengatakan, bahwa Gawai Padi tidak boleh tidak dilaksanakn, akan tetapi dalam pelaksanaannya harus menyesuaikan dengan imbauan pemerintah. Dia menambahkan dalam gawai tahun ini kita mendengarkan arahan dari Temenggung Sisang. Sementara Laimuden, Temenggung Sisang, menyampaikan harapannya agar ritual adat bisa berjalan lancar, tapi dengan mematuhi imbauan pemerintah untuk kesehatan dan keselamatan bersama.

“Kalau semua warga sudah percaya dan kompak akan mematuhi imbauan pemerintah, maka barulah kita laksanakan gawai padi dari tanggal 23-25 Mei tahun ini,” imbuh Pak Dogim menirukan pesan dari Temenggung Sisang. “Suasana gawai kali ini memang berbeda, tapi tak mengurangi kelestarian tradisi kita,” ujar Ketua Adat Kampung Segumon itu.

Salah satu perangkat ritual adat Mpori Sowo (gawai padi) Kampung Segumon, Desa Lubuk Sabuk, Kec. Sekayam Kab. Sanggau.

Harus digelar

Bagi Masyarakat Adat di Kampung Segumon, Gawai Padi merupakan adat dan tradisi yang tidak boleh ditinggalkan sehingga harus tetap ada. Pasalnya adalah benih-benih yang akan ditanam di musim berladang tahun ini nanti, harus dipomang. Dan, ini hanya bisa dilaksanakan pada momen gawai padi. Tahun ini Gawai Padi dilestarikan, meski dalam suasana yang berbeda karena untuk mencegah penyebaran virus Corona. Semoga wabah Vovid-19 segera berakhir.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *