Bauma Batahutn Dayak Kanayatn di Binua Kaca’ Ilir
Dalam siklus perladangan Masyarakat Adat Dayak, umumnya sekarang adalah musim panen di mana hasil ladang berupa padi sudah dapat diperkirakan apakah mencukupi ataukah kurang? Berikut ini diperkenalkan secara singkat tentang praktik berladang Masyarakat Adat Dayak Kanayatn di Binua Kaca’ Ilir, yang senantiasa dilakukan sembari menanam beragam sayur-mayur lokal. Bagi Dayak Kanayatn di Binua Kaca’ Ilir, bauma batahutn (berladang) adalah keharusan. Bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan akan padi saja, tetapi lebih merupakan tugas seutuhnya sesuai dengan kondisi lingkungan alamnya. Perladangannya pun sarat dengan aturan-aturan adat sebagaimana diwariskan oleh generasi pendahulunya. Disebut bauma batahutn karena perladangannya mengenal siklus atau musimnya sendiri.
Bahaupm
Warga bermusyawarah untuk menentukan waktu: tanggal, hari, dan bulan dengan mencermati tanda-tanda alam yang disebut rasi atau pertanda bintang. Ada tiga (3) warna bintang yang dijadikan rujukan dalam menanaman pada, meliputi warna putih bersih, warna hitam kelabu, dan warna kuning langsat. Masing-masing warna memiliki makna tersendiri. Tanggal yang biasa dipakai untuk turun berladang adalah tanggal 8 yang disebut hari kadakng atau posisi bulan setengah. Tanggal 13 hari kira (posisi bulan akan purnama), tanggal 15 karinama (bulan purnama penuh), tanggal 17 (ngaluakng), 22 (kadakng pulakng), 23 (tungul kadakng), 29 (ngalalah mati), dan tanggal 30 (kabat). Tanggal 1 ngalalah idup bulan sudah terbit. Semuanya itu punya artinya sendiri-sendiri dan menentukan cara-cara adaptasi dalam berladang.
Ngawah
Mencari lokasi yang cocok untuk berladang adalah saat memasuki tahap ini. Selama tahap ini, pertanda alam (rasi) diperhatikan dengan cermat karena menentukan apakah baik atau tidak baik melanjutkan keingingan berladang di lokasi tersebut. Jika pertanda tidak baik diabaikan, maka dapat berakibat pada terjadinya hal-hal yang kurang/tidak baik, seperti kecelakaan kerja, atau ladangnya nanti tidak menghasilkan padai yang memuaskan. Pertanda baik: suara burung keto yang jernih. Hari baik meliputi 5 hari, 6 hari, 9 hari bulan berarti ladang di lokasi tersebut akan berlangsung tanpa halangan berarti. Hasil panen akan memuaskan.
Baburukng
Maknanya meminta petunjuk kepada Jubata (Tuhan yang Maha Kuasa) mengenai kapan waktu berladang yang baik. Ini dilakukan dalam pimpinan Tuha Tahutn yang diikuti oleh warga sekampung di Panyugu (tempat keramat) dengan perlengkapan ritual seperti seekor babi atau seekor ayam.
Ngarangke Raba’
Selama tiga hari tiga malam setelah ngawah barulah lokasi yang ditentukan diladangi. Lokasi dapat dikerjakan dalam kelompok Aleatn. Pohon, rumput, semak-semak yang telah ditebas lalu dikeringkan hingga siap dibakar.
ujang aku ngangkat nian ka yotub boh