WALHI Kalbar Menilai SGAR PT. Borneo Alumnia Indonesia Adalah Ambisi Jokowi yang Membahayakan Ekosistem Sungai Kunyit

666 Views

Teks & Foto: Sekretariat Walhi Kalbar | Editor: Giring

Pontianak, KR – Wahana Lingkungan Hidup Kalimantan Barat (Walhi Kalbar) menyebut bahwa Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) PT. Borneo Alumnia Indonesia merupakan ambisi Jokowi bagi ekosistem Sungai Kunyit.

Hal ini disampaikan dalam diskusi dan diseminasi hasil studi bertajuk “Ambisi Jokowi Bahayakan Lanskap Sungai Kunyit” di Pontianak, Jumat (12/7/2024). Ini merupakan studi awal terhadap keberadaan salah satu Program Strategis Nasional (PSN), yakni perusahaan yang akan mengolah bauksit menjadi alumunium. Perusahaan patungan Inalum dan Antam ini mendapat sokongan dana pinjaman dari Tiongkok, rencananya akan beroperasi pada akhir 2024 ini.

“Lanskap Sungai Kunyit adalah wilayah yang kaya dengan keanekaragaman hayati, baik di sekitar wilayah perairannya maupun daratannya. Lanskap Sungai Kunyit juga menjadi wilayah kelola bagi komunitas lokal yang sejak lama menggantungkan hidup dan keberlanjutan kehidupannya pada ekosistem sekitar. Kehadiran SGAR PT. BAI ini pada dasarnya adalah proyek ambisius Jokowi yang membahayakan lanskap Sungai Kunyit” jelas Hendrikus Adam, Direktur Walhi Kalimantan Barat.

Ancaman bagi Keselamatan Warga dan Keanekaragaman Hayati

Lebih lanjut, Adam menyebut dari temuan studi yang dilakukan, pada masa pembangunan pabrik telah terjadi pelanggaran hak asasi warga. Demikian pula saat akan beroperasi mulai Oktober 2024 mendatang yang diproyeksikan akan sangat membahayakan keselamatan ekologi dan biodiveritas sekitarnya, termasuk ancaman bagi keselamatan warga sekitar yang akan terdampak.

“PSN ini tanpa konsultasi publik, dan tidak meminta persetujuan bebas tanpa paksaan (FPIC) dengan warga, proses pembebasan lahan juga dilakukan sewenang-wenang, juga tidak ada ganti kerugian atas warga korban yang terdampak pembangunan pabrik. Negara menolak menjalankan kewajiban asasinya,” tambah Adam.

Walhi Kalimantan Barat juga mengungkapkan selain proses bayer menghasilkan limbah B3 yakni lumpur merah (red mud), pada tahap operasionalnya juga akan menghadilkan abu PABA dari sisa pembakaran PLTUnya yang tentu akan berbahaya bagi ekologi dan kesehatan warga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *