Tato Dayak Kayaan: Simbol Status Sosial dan Cahaya Menuju Alam Baka


Mereka merendamkan bekas tato pada bagiannya masing-masing tersebut untuk memulihkan rasa sakit. Ketika awal berendam di ari rasa perih sangat terasa, namun lama kelamaan rasa perih hilang perlahan-lahan hingga yang terasa adalah penat.
Pekerjaan itu dilakukan berkali-kali selama beberapa hari hingga kulit terkelupas dan menjadi pulih kembali. Ketika permukaan kulit berganti, maka motif-motif tato itu akan tampak jelas.
Jenis dan Makna Motif
Penggunaan motif untuk tato pada kaum perempuan Kayaan harus disesuaikan dengan tingkat strata sosialnya. Hal ini dilakukan selain untuk membedakan tingkat status sosial juga memiliki makna religi tertentu.
Jika menggunakan motif tato sembarangan, maka diyakini akan mendapatkan mala petaka parit (semua kulit tubuh berwarna kuning dan muka tampak pucat serta perut besar). Penyakit itu akan dideritanya seumur hidup.
Motif tato tidak saja berfungsi sebagai penerang dalam perjalanan di alam baka, hiasan tubuh agar tampak cantik, tapi juga untuk melihat apakah seorang perempuan Kayaan dari Kasta Hipi atau Panyin.
Untuk melihat kasta itu sangatlah mudah. Orang cukup hanya melihat dari jenis motif yang dikenakan, tanpa harus menanyakan langsung pada pemilik motif tentang status sosialnya.
Jenis dan Makna Motif Tato pada Perempuan Hipi
Perempuan Hipi Kayaan diperbolehkan menggunakan jenis motif sebagai berikut:
- Usung Tingaang, jenis motif ini berbentuk paruh burung enggang, burung endemik ciri khas Kalimantan yang melambangkan tanda maran (mulia) Seorang Hipi.
- Kajaa’ Lejo, jenis motif ini seperti bekas telapak kaki harimau. Melambangkan kekuatan bagi Hipi yang menandakan kegagahan dan kekuatan. Kegagahan itu dilambangkan dengan kehebatan seseorang karena harimau sudah menginjak paha tapi tidak berbahaya. Karena itu motif Kajaa’ Lejo menjadi motif tertinggi dalam motif tato pada kalangan Perempuan Hipi.
- Usung Tuva’, asal Kata Tuva’: Jenis tumbuhan di mana akarnya bisa dipakai untuk nuba ikan. Namun Usung Tuva’ dalam makna motif melambangkan kekuatan jiwa bagi seorang Dayung (orang yang memimpin doa secara adat pada suku Dayak Kayaan). Jenis motif Usung Tuva’ menyerupai angka delapan atau kurva.
4. Usung Iraang, motif Usung Iraang adalah motif yang berbentuk piramida yang memiliki ujung yang tajam. Makna motif ini diyakini oleh suku Dayak Kayaan memberi semangat yang tinggi dan kemampuan dalam menganalisa berbagai aspek sosial kehidupan manusia.
- Tena’in Ba’ung, bentuk motif ini melingkar bulat persis seperti lingkaran racun nyamuk bakar. Motif ini mengambil makna dari usus ikan buntal. Diyakini penggunaan motif ba’ung bermakna sebagai tanda bagi seorang perempuan siap berkeluarga dan siap hamil. Karena ikan ba’ung memiliki perut yang besar seperti ibu hamil.
- Iko’, adalah jenis motif yang berbentuk bergelombang. Motif ini digunakan untuk membatasi antara motif satu dengan lainnya. Motif Iko’ sendiri tidak mempunyai makna khusus.
Jenis Motif Tato pada Perempuan Panyin
Beda dengan tato yang digunakan oleh Perempuan Hipi, Perempuan Panyin Kayaan juga bisa menggunakan motif yang dipakai oleh Hipi di luar motif Kajaa’ Lejo dan Usung Tingaang. Motif yang biasa dipakai antara lain: Usung Tuva’, Tena’in Ba’ung,Usung Iraang dan Iko’.
Penggunaan dan Letak Motif Tato
Jika dilihat dengan sekilas dari jarak jauh, tato pada bagian tangan, kaki dan paha perempuan baik Hipi maupun Panyin Kayaan, tampak sama. Namun jika diperhatikan dengan seksama, akan tampak perbedaan penempatan jenis motif tato pada kedua kasta ini.
Selain dibedakan oleh kasta, batasan-batasan penempatan motif juga disebabkan oleh batasan penggunaan motif tato antara Hipi dan Panyin perempuan Kayaan. Perbedaan penggunaan Tedak motif antara Hipi dan Panyin hanya pada motif Usung Tingaang dan Kajaa’ Lejo.
Motif Kajaa’ Lejo dan Usung Tingaang tidak diperbolehkan untuk dipakai oleh kalangan panyin, jika dipakai maka diyakini akan menimbulkan petaka bagi sipemakai yakni parit.
Karena motif tersebut hanya dapat digunakan oleh Kalangan Hipi saja.
Penggunaan dan Letak Tato Khusus pada Orang Hipi
- Usung Tingaang, digunakan pada Orang Hipi, motif tersebut diletakkan pada kiri kana paha di atas lutut.
- Kajaa’ Lejo, penggunan pada kaum Perempuan Hipi, biasanya diletakan di kiri dan kanan paha bagaian depan. Motif ini juga biasanya bercampur dengan Usung Tuva’ dan Usung Iraang yang juga bisa dipakai oleh Kaum Panyin.
- Iko’, ditempatkan sebagai pembatas antara motif satu dengan yang lainnya.
Penggunaan dan Letak Tato Khusus pada Orang Panyin
- Usung Tuva’, bentuk tato ini seperti angka delapan. Letaknya di paha kiri dan kanan. Bermakna sebagai orang yang sudah cukup dewasa.
- Tena’in Ba’ung, bentuk motif ini membulat persis seperti lingkaran obat nyamuk bakar. Motif ini biasa dipakai pada sebagai pembatas dengan motif Usung Tuva’, diletakkan pada belakang paha. Bermakna sebagai tanda dari golongan biasa dan menandakan dewasa dan siap menikah.
- Usung Iraang, motif ini biasanya dipakai sebagai pembatas antara motif satu dengan lainnya bercampur dengan Usung Tuva’ dan biasa disebut Iko’ yang diletakkan pada paha bagian depan. Bermakna menandakan ujung bagian yang tajam. Dalam tekna lawe idaa beraan.
- Iko’, ditempatkan sebagai pembatas antara motif satu dengan yang lainnya. Peletakan motif di Kalangan Hipi juga bisa sama dengan Kaum Panyin.
Ritual di Balik Tato dan Adat Khusus untuk Lugaan
Rumah orang yang dipakai untuk menato, yang disebut Lugaan (tukang tato), orang lain tidak boleh masuk dalam rumah tersebut sepanjang satu hari, apalagi bagi kaum lelaki. Kecuali bagi keluarga orang yang ditato, yakni ibu dan bapak dari orang tersebut.
Jika yang ditato adalah perempuan, maka Lugaannya adalah perempuan. Untuk menandakan bahwa di rumah Lugaan ada orang yang ditato, maka lugaan akan memberikan tanda berupa kayu yang dipalang di depan pintu. Kayu tersebut bermakna sebagai rambu-rambu atau tanda bahwa di dalam rumah sedang ada aktivitas menato.
Jika ada orang lain yang baik dengan sengaja maupun tidak melanggar adat itu, maka proses penatoan akan dibatalkan segera, jika tidak dibatalkan maka proses tato akan terkendala seperti orang yang ditato merasa badannya sangat sakit ketika ditato, hasil tato kurang baik dan tidak memuaskan.
Bagi orang yang melanggar tersebut, maka akan dikenakan denda adat berupa lekuu’ (gelang satu tali) dan satu parang biasa sebagai pengeras bagi orang yang ditato. Parang dan lekuu’ itu diberikan pada lugaan.
Jika denda adat tidak dibayar kala itu juga, maka prosesi tato akan dibatalkan sampai yang melanggar adat tato membayar denda adatnya. Diyakini jika denda adat tidak dibayar maka orang yang ditato akan mendapat nasib kurang beruntung sepanjang hidupnya.
Adat untuk lugaan biasanya dilakukan saat lalii’ nyalo’ pare (upacara adat kepada dewa padi yakni Hunyaang Bulaan). Upacara ini diadakan setiap selesai musim panen, yang digabungkan dengan adat memanggil roh padi yang tercecer di ladang ketika musim panen.
Jenis Motif Tato pada Kaum Laki-laki Kayaan
Biasanya jenis motif yang dipakai oleh kalangan laki-laki adalah motif tube’. Jenis motif ini adalah aso’ lejo (anjing motif), yang diletakkan di ibu jari kiri atau kanan. Motif tube’ boleh digunakan oleh lelaki yang sudah pernah membunuh dan mendapatkan kepala orang dari hasil ngayau [baca ngayau pada Suku Bangsa Dayak].
Bagi yang belum pernah membunuh, maka tidak diperbolehkan untuk menggunakan Tedak tube’. Penggunaan Tedak ini sebagai tanda bahwa yang bersangkutan telah membunuh orang. Berikut adalah jenis motif tato pada kaum pria Kayaan.
Tedak Aso’ Lejo
Selain Tedak tube’ juga ada Tedak aso’ lejo di bagian samping kiri kanan kedua paha. Penggunaan motif ini lebih pada aksesoris belaka dan tidak ada maksud tertentu. Motif Aso’ lejo melambangkan keperkasaan seseorang laki-laki.
Tedak Belataat
Selain itu, ada juga Tedak Belataat yang terletak pada pundak kiri dan kanan seorang lelaki (hampir mirip bunga terong pada Dayak Iban). Makna dari motif belataat adalah sebagai simbol bahwa seseorang pria Kayaan telah banyak melakukan perjalanan ke luar kampung, keperkasaan laki-laki dari kalangan berstatus bangsawan. Jenis motif belataat, lebih dari satu. Ada juga yang berbentuk lingkaran bergigi.
Tedak BukakTedak Bukak ditempatkan pada leher seorang pria yang sudah berumur 40 tahun ke atas. Tedak ini selain berfungsi sebagai aksesoris juga menunjukan derajat kesatria dan status sosial seseorang. Model Tedak Belataat mirip dengan milik orang Dayak Iban. Perbedaannya terletak dari variasi lekukan motif pada pinggir motif.***