Padi Biliah: Varietas Padi Lokal Warisan Dayak Bidayuh dari Jagoi Babang

1.712 Views

Penulis & Foto: Gontom C. Kifli dan Ester J. Simanjuntak (BPTP Kalbar).

Editor: Giring.   

Provinsi Kalimantan Barat memiliki lima kabupaten yang berbatasan dengan Sarawak, Malaysia yaitu Kabupaten Sambas, Bengkayang, Sanggau, Sintang dan Kabupaten Kapuas Hulu.

Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang termasuk wilayah perbatasan di kecamatan lini 1, berbatasan langsung dengan Serikin di wilayah Bau, Sarawak, Malaysia. Kecamatan ini memiliki  lahan pertanian yang cukup luas, khususnya lahan sawah yang banyak dimanfaatkan untuk budi daya tanaman padi, termasuk padi lokal sumber beras hitam yang disebut beliah (selanjutnya ditulis Biliah: Bahasa Dayak Bidayuh). Tulisan ini merupakan catatan pengalaman pendampingan lapangan di Jagoi Babang pada tahun 2017-2019.

Padi Biliah merupakan salah satu jenis padi lokal yang ditanam oleh masyarakat di Kecamatan Jagoi Babang, terutama masyarakat Dayak Bidayuh Dusun Sekida Desa Sekida. Masyarakat Dayak Bidayuh membudidayakan padi Biliah secara turun menurun sehingga telah menjadi warisan pengetahuan lokal yang dilestarikan hingga sekarang.

Berdasarkan praktik dan pengamatan di lapangan, kami mencatat bahwa petani Dayak Bidayuh mengelola sawahnya berdasarkan kearifan lokal, terutama terkait pemilihan waktu tanam, cara mengurangi risiko serangan hama dan pengaturan air di dalam lahan maupun di saluran air pinggir lahan. Padi Biliah juga dapat ditanam di lahan kering.

Masa Tanam 5 Bulan dan Ciri Khusus

Padi Biliah merupakan padi lokal yang berasnya berwarna hitam dengan masa tanam hingga panen sekitar 150 hingga 165 hari dan merupakan padi lokal spesifik lokasi Kecamatan Jagoi Babang dengan hasil panen rata-rata 1,5-1,9 ton GKP/Ha.

Ciri-ciri khusus yang dihasilkan padi Biliah memunculkan sifat-sifat yang unik di antaranya dari segi warna, aroma atau citarasanya, sehingga apabila ditanam atau dikembangkan di luar daerah asalnya, sifat-sifat tersebut tidak muncul, walaupun dengan perlakuan budidaya yang sama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *