MADN Gelar Pumpung Hai & Napak Tilas Tumbang Anoi
Jalan sesak-sempit antara pembangunan, budaya dan politisasi ROKHMOND ONASIS & APAI ANGAS
Palangka Raya, KR
Spanduk besar memanjang bertuliskan Selamat Datang Para Peserta Pumpung Hai Di Bumi Tambun Bungai Bumi Pancasila Provinsi Kalimantan Tengah, terpampang jelas depan sekretariat Majelis Adat Dayak Nasional (MADN), Dewan Adat Dayak (DAD), Palangka Raya-Kalimantan Tengah (Kalteng). Sekretariat MADN atau biasa dikenal Betang MADN ini berbentuk Rumah Panjang gaya baru (modern) dengan tiang utamanya adalah berbahan cor semen yang dicat seperti warna kayu ulin. Sehari sebelumnya (1/10) betang yang diberi nama Betang Hapakat ini baru saja diresmikan oleh presiden MADN, Agustin Teras Narang yang disaksikan lebih dari 100 DAD se- Kalimantan.
Pertemuan yang berlangsung selama sehari semalam ini menghasilkan 14 catatan yang menekankan pentingnya Masyarakat Adat Dayak menjadi pelaku dalam proses pembangunan. Catatan tersebut dinamakan 14 butir hasil pumpung hai (pertemuan besar), yang diantaranya berisi pengertian Masyarakat Hukum Adat; kelembagaan adat dan perjuangan untuk mewujudkan perlindungan dan pengakuan hak-hak Masyarakat Adat; penetapan 96 Hukum Adat (HADAT) 1894 sebagai dasar hukum Adat Dayak; menyepakati Bahasa Dayak Ngaju sebagai bahasa pemersatu Dayak di Kalteng; penetapan keberadaaan Masyarakat Hukum Adat Dayak di Kalteng ditetapkan dengan Perda No.16 tahun 2008 dan PERGUB No.13 tahun 2009; Komunitas Adat Dayak wajib membentuk wilayah adat dan memetakan hutan adat minimal 5 ha perkomunitas; Perjanjian antar generasi tentang pelestarian HADAT 1894; Masyarakat Adat Dayak menjadi subjek dalam pembangunan yang diatur dalam Perda dan Pergub tentang Masyarakat Hukum Adat dan wilayah adat; Membentuk Majelis Kehormatan Peradilan Adat (MK Peradilan Adat) untuk mengatasi konflik lahan dan SKTA; Meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan di segala bidang; mewajibkan MA Dayak memegang dan melaksanakan filosofi hidup Batang Garing Hatungku Tungkep Langit yakni Kayu Ngambalang Nyahu (relasi dengan Tuhan), Kayu Erang Tingang (relasi dengan hukum dan adat istiadat), dan Kayu Rampang Saribu (relasi dengan Ilmu Pengetahuan); MA Dayak harus
bangkit harikas (bermanfaat di segala bidang dan tidak tergantung dengan pihak lain); Napak Tilas, Masihkah Tersisa Kebesaran Dayak?
Sebuah tenda besar terpasang rapi di depan Betang Damang Batu, Tumbang Anoi. Alunan musik kecapi bernuansa karungut mengisi waktu para pengujung napak tilas dari berbagai pelosok Kalimantan. Tepat pukul 17.00 WIB, Teras Narang selaku Presiden MAD tiba di Betang Damang Batu. Ia dan rombongan disambut dengan ritual pantan balanga (guci). “Kami datang bersama rombongan untuk Pumpung Hai dan napak tilas, yakni adalah mengunjungi ke mana saja perjalanan leluhur kita dulu khususnya terkait Rapat Damai Tumbang Anoi 1894,” jelas Teras.