DARI PEDAGI GUNA DEMI KESELAMATAN DAN PEMBUKA HAMBATAN MAGIS DI GAWAI SERUMPUN TAMPUN JUAH 2022

861 Views

“Setelah Nsangi di Pedagi Guna di dalam kampung Segumon ini, ritual adat dan acara gawai baik di tembawang dan di lokasi Pembangunan Rumah Budaya Menua Asal Tampun Juah sudah bisa dilaksanakan, ” jelas Tuboreh Bi Somu ini.

Dia menambahkan bahwa ritual ini juga untuk membuka hambatan magis yang bisa mengancam warga dan semua orang yang hadir serta mengganggu kelancaran seluruh rangkaian acara gawai. Kata-kata arkais dalam bahasa Bi Somu pun dilafalkan saat ini. Padahal tidak digunakan dalam komunikasi sehar-hari.

Krissusandi Gunui, Direktur Institut Dayakologi mengatakan, ritual Nsangi sama sepertinya ritual adat pada Subsuku Dayak lainnya yang senantiasa khas, melibatkan penggunaan kosa-kata yang justru tidak digunakan di kehidupan sehari-hari. “Dalam ritual adat, kosa kata yang digunakan seringkali banyak kosa-kata yang tidak digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Hanya tuboreh itu sendiri yang tahu apa makna dari kosa-kata yang digunakan itu,” jelas Gunui.

Hadir dalam ritual Nsangi adalah perwakilan organisasi Laja Lolang Basua’, Institut Dayakologi, juga utusan Iban Sebaruk dari Ketungau Hilir.

POROBEH

Berikut adalah bahan ritual Nsangi (Porobeh) berdasarkan hasil wawancara dengan Tuboreh atau pemimpin pelaksana ritual: Mpiga ijuk (lemang 7), Soma ijuk (tuak bambu 7 karena memanggil Tuhannya 7 kali).

Kemudian, Mangkok ntoru (mangkok putih isi telur masak 1, ikan salai 1, beras kampung, Sungke ijuk (7 bungkus nasi). Mata Belian (berisi mpiga 1 diikat 1 sungke dan 1 uang perak sebagai pengkeras).

Cawan 7 buah isi tuak sedikit, Mpok ijuk (7 Sabang hijau berisi masing-masing sirih pinang, gambir, tembako, kapur, pelita atau lilin 1).

Tidak ketinggalan seekor ayam kampung (betina maupun jantan), dan 1 mangkok beras kuning.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *