40 tahun Pancur Kasih: Sebuah Refleksi

1.372 Views

Bapak/ibu dan para aktivis sekalian,

Berbagai karya Pancur Kasih selama 40 tahun ini telah membuat Pancur Kasih dikenal sebagai salah satu pelaku aktif Gerakan Masyarakat Sipil baik di dalam maupun di luar negeri. Ribuan aktivis dan kader telah menyumbangkan karya-karya mereka selama ini dan telah mengabdi di berbagai bidang, baik formal maupun non formal sebagai birokrat, pengusaha, politikus, akademisi, rohaniwan, pekerja kemanusiaan, dan lain-lain. 

Pancur Kasih telah membuat orang tidak lagi malu dan minder sebagai orang Dayak dari Kalimantan. Pancur Kasih membuat orang bangga sebagai orang Dayak. Jika pada masa awal sebelum YKSPK didirikan, Pak Mecer sering berseloroh: Kalau bisa saya mau pensiun saja jadi orang Dayak, pada masa sekarang saya percaya hampir semua orang Dayak tidak ada lagi yang mau pensiun dan mau tetap menjadi Dayak. Pancur Kasih, karena karya-karyanya, tidak diragukan lagi, turut berkontribusi terhadap perkembangan yang positif tersebut. 

Nama Pancur Kasih mungkin lebih dikenal publik pada umumnya karena kaitannya dengan gerakan Credit Union. Hal ini bisa dimaklumi karena sejak pertengahan tahun 1980an, Pancur Kasih telah memfasilitasi pendirian dan pengembangan lebih dari 70 Credit Union yang tersebar di 7 Pulau, 13 Provinsi dan 34 Kabupaten di seluruh Indonesia. 

Kiprah Pancur Kasih di bidang pengembangan Credit Union sekarang ini semakin ditingkatkan dengan pengembangan Credit Union Gerakan Konsepsi Filosofi Petani yang lebih menekankan aspek pemberdayaan manusia secara holistik daripada sekedar usaha yang menghimpun uang sebanyak-banyaknya dan melakukan transaksi simpan-pinjam. 

Bapak/ibu dan para aktivis sekalian,

Tema perayaan 40 tahun Pancur Kasih ini yakni “Quo Vadis Pancur Pancur Kasih” sesungguhnya bukan untuk mencari jawaban atas pertanyaan apa tujuan yang ingin dicapai oleh Pancur Kasih, karena hal yang demikian telah digambarkan dengan jelas dalam Visi Gerakan Pemberdayaan Pancur Kasih. 

Tema “Quo Vadis Pancur Kasih” sesungguhnya ingin mencari jawaban atas pertanyaan tentang pilihan-pilihan strategis yang harus diambil oleh Pancur Kasih dalam mewujudkan cita-cita perjuangannya di tengah-tengah dunia yang berubah dengan cepat seperti yang terjadi saat ini maupun di masa yang akan datang. Pilihan-pilihan tersebut tentu bukan karena keterpaksaan (desparate choice) melainkan karena dilandasi oleh kedua nilai yang mendasari kelahiran dan cita-cita Pancur Kasih yakni nilai-nilai Budaya Dayak dan Kristianitas. 

Maka hal itu berarti, Pancur Kasih dituntut untuk selalu setia dan memegang teguh komitmennya akan solidaritas kemanusiaan yang menjunjung tinggi kehidupan bersama yang inklusif berdasarkan pengabdian pada kehidupan dan keselamatan. Dalam konteks inilah, Pancur Kasih sejak awal didirikan menolak bentuk-bentuk perjuangan yang mengandalkan kekerasan termasuk atas nama budaya, dan romantisme masa lalu yang tentu saja berbeda dengan konteks dan kebutuhan di masa sekarang. 

Motto Pancur Kasih yakni: “Mengabdi untuk Kehidupan dan Keselamatan” dengan tegas merefleksikan nilai-nilai Budaya Dayak dan Kristianitas yang menjiwai kelahirannya. Bapak/ibu dan para aktivis sekalian, masa depan Pancur Kasih dan seluruh karya-karya kemanusiaannya sangat ditentukan oleh beberapa hal. 

Pertama, soliditas para aktivis dan kader Pancur Kasih dalam melanjutkan perjuangannya. Soliditas ini akan menjadi kekuatan yang menopang Pancur Kasih dalam menghadapi berbagai tantangan serta menjamin resiliensi-nya ketika mengalami masalah. Soliditas para aktivis dan kader Pancur Kasih tersebut juga akan menjamin Pancur Kasih tetap bersatu dan kuat dalam menghadapi berbagai tantangan yang menghadang. Soliditas ini perlu terus-menerus diperkuat dan disadari oleh para aktivis dan kader Pancur Kasih, bahwa hanya jika mereka tetap setia, kompak dan bersatu sajalah, maka masa depan GPPK berserta seluruh karya-karyanya dapat dijamin keberlangsungannya. Itulah sebabnya soliditas adalah syarat pertama bagi masa depan dan kelangsungan Gerakan Pemberdayaan Pancur Kasih. 

Kedua, keberadaan Pancur Kasih secara berkesinambungan sangat ditentukan oleh kesetiaaannya pada jatidiri serta Visi dan Misinya. Hal ini mensyaratkan kemampuan untuk melawan godaan-godaan yang menawarkan jalan pintas, kemudahan dan bahkan ketenaran dan kekuasaan. Pancur kasih harus memegang teguh komitmennya akan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang lestari, ekonomi kerakyatan yang tidak eksploitatif terhadap kaum yang lemah, perlindungan terhadap HAM khususnya hak-hak masyarakat adat, petani kecil dan para peladang, yang semakin hari semakin dipinggirkan oleh kekuatan ekonomi yang lebih besar dan eksploitatif. Sikap Pancur Kasih yang selalu kritis terhadap berbagai kegiatan ekonomi dan investasi yang sangat eksploitatif terhadap sumber daya alam, rakus akan lahan dan kawasan serta destruktif terhadap lingkungan harus tetap dipertahankan sebagai sikap non-kompromistis terhadap penghancuran dan pengrusakan alam ciptaan atas nama ekonomi dan kapital. Pertobatan Ekologis sebagaimana yang diamanatkan oleh Paus Fransiskus dalam Ensikliknya Laudato Si’ harus menjadi komitmen yang tidak bisa ditawar-tawar (uncompromising committment) dalam seluruh gerak langkah Pancur Kasih. 

Ketiga, untuk memastikan agar kesetiaan pada Jatidiri dan Visi-Misi Pancur Kasih tersebut tetap dipegang teguh oleh generasi Pancur Kasih berikutnya, maka Program Kaderisasi Aktivis Pancur Kasih harus segera dilaksanakan secara serius, sistematis dan berkesinambungan. Kaderisasi akan menjamin proses internalisasi nilai-nilai dan tujuan perjuangan Pancur Kasih, menyiapkan generasi penerus yang memiliki berbagai kapasitas untuk menjalankan roda gerakan serta membentengi mereka dengan kemampuan untuk melindungi Pancur Kasih dari godaan untuk mengubah atau mengkhianati perjuangannya. Generasi penerus yang akan melanjutkan perjuangan Pancur Kasih adalah generasi millenial dan umumnya berasal dari kelompok menengah. Generasi ini memiliki pengalaman, pendidikan, kebiasaan dan lingkungan yang jauh berbeda dengan generasi sebelumnya. Program Kaderisasi kita akan menentukan dan sekaligus menjadi kunci apakah generasi millenial tersebut siap untuk meneruskan karya-karya Pancur Kasih di masa depan. 

Keempat, masalah kemandirian lembaga-lembaga anggota GPPK. Ke depan, tantangan ini akan semakin berat dihadapi oleh lembaga-lembaga anggota GPPK yang selama ini bergantung pada sumber daya dari luar lembaganya. Tantangan ini akan semakin berat ke depan, karenanya menuntut pengelolaan sumber daya internal yang lebih cermat dan produktif serta kejelian dalam memanfaatkan berbagai peluang kerjasama dan kolaborasi baik secara internal di lingkungan GPPK maupun dengan pihak eksternal. Secara internal, upaya pengembangan CU Gerakan Konsepsi Filosofi Petani yang telah berjalan selama satu dekade terakhir dan menjadi identitas dari CU-CU yang dikembangkan oleh GPPK, harus semakin konsisten dilaksanakan agar cita-cita kita dalam mewujudkan Credit Union sebagai bagian dari upaya pemberdayaan holistik—bukan tempat mengumpulkan dan berdagang uang seperti yang selama ini marak dipraktikkan oleh banyak CU—dapat segera kita realisasikan. Pentingnya pengembangan CU Gerakan Konsepsi Filosofi Petani secara optimal ini juga akan semakin mendukung upaya permberdayaan di bidang non-keuangan, sebab kuatnya CU Gerakan berarti pula optimalnya upaya pemberdayaan holistik bersama masyarakat yang didampingi. 

Terakhir (Red: Kelima), Pancur Kasih harus mampu menyesuaikan cara kerja maupun prioritas program-programnya secara kontekstual agar mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang begitu cepat dan masif di masa sekarang. Kemajuan di bidang teknologi akan semakin pesat dan tidak bisa dihindari oleh siapa pun dan di mana pun. Tanpa harus kehilangan jatidiri, nilai-nilai dan tujuan perjuangannya, Pancur Kasih harus mampu memanfaatkan berbagai peluang yang ditawarkan oleh kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung tercapainya Visi-Misinya sekaligus menyaring dampak-dampak negatifnya yang dapat merusak dan menghambat. 

Bapak/ibu dan para aktivis sekalian, 

Marilah kita memaknai peristiwa 40 tahun Pancur Kasih ini dengan meningkatkan soliditas, loyalitas dan komitmen kita akan tujuan perjuangan dan nilai-nilai yang menjadi jatidiri Pancur Kasih sejak berdiri yakni: Kemanusiaan yang universal, Kebersamaan sebagai sesama mahluk ciptaan Tuhan, Kesetiaan pada cita-cita perjuangan Pancur Kasih, Kebijaksanaan dalam bertindak dan membuat keputusan, Kedaulatan dalam mengelola kehidupan, Kelestarian lingkungan dan sumber-sumber penghidupan, serta Kearifan Lokal yang berakar pada adat istiadat yang menjadi jatidiri kita. Semoga Tuhan selalu mengiringi langkah kita sehingga kita tidak akan pernah goyah atau menyerah dalam menghadapi berbagai tantangan dan upaya yang ingin melemahkan perjuangan Pancur Kasih baik yang berasal dari dalam maupun dari luar. Sembari tak henti-hentinya memohon kepada Tuhan agar Pandemi Covid-19 ini segera berakhir, marilah kita dukung dengan sungguh-sungguh usaha pemerintah dalam mengakhiri pandemi ini agar kita semua dapat kembali menjalani hidup dengan normal. Dirgahayu Pancur Kasih! (Diizinkan untuk dipublikasikan oleh yang bersangkutan). Rumah Retret Santo Yohanes Paulus II, Anjungan, Kabupaten Mempawah, 24 April 2021. ***

Foto: TimDOk PanPel 40 tahun Pancur Kasih.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *