40 tahun Pancur Kasih: Sebuah Refleksi
Oleh: JOHN BAMBA (Mantir Pancur Kasih/Ketua GPPK)
Inilah catatan refleksi 40 tahun Pancur Kasih. Disampaikan tepat pada hari jadi Pancur Kasih, tanggal 24 April 2021 lalu di hadapan aktivis, kader dan pimpinan lembaga di lingkungan Gerakan Pemberdayaan Pancur Kasih (GPPK).
Tentu saja, tim redaksi telah memperoleh izin dari Pak John Bamba sehingga kami mempublikasikannya dalam media ini ini.
Mgr. Agustinus Agus, Uskup Agung Pontianak yang saya hormati, Pendiri Yayasan Karya Sosial Pancur Kasih, Bapak Maran Marcellinus Aseng beserta ibu yang hadir saat ini dan Bapak A.R. Mecer beserta ibu yang mengikuti secara virtual.
Pimpinan dan Pengurus lembaga-lembaga anggota dan CU-CU Gerakan di lingkungan GPPK yang saya kasihi, serta seluruh aktivis dan kader Pancur Kasih di mana pun berada yang mengikuti acara ini secara virtual.
Salam Pemberdayaan dalam Kasih Persaudaraan,
Pada momentum yang sangat istimewa, namun kita rayakan dengan penuh kesederhanaan ini, marilah kita menyampaikan puji syukur kepada Tuhan karena, pertama, kita semua dapat bertemu dan berkumpul dalam keadaan sehat walafiat di tempat ini. Kedua, karena kita diberi kesempatan olehNya untuk mengalami dan merasakan secara langsung ketika Pancur Kasih yang kita cintai ini memasuki usianya yang ke-40.
Empat puluh tahun yang lalu, para pendiri Yayasan Karya Sosial Pancur Kasih (YKSPK) telah memulai sebuah langkah kecil, namun bersejarah karena pada saat itulah cikal bakal dari apa yang kemudian dikenal dengan Gerakan Pemberdayaan Pancur Kasih (GPPK) dimulai.
Pada kesempatan yang istimewa ini, kita patut bersyukur dan berbahagia terlebih karena dalam perayaan 40 tahun Pancur Kasih ini, selain kita rayakan bersama 2 (dua) orang Pendiri YKSPK, hadir pula Bapak Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus, di tengah-tengah kita.
Hubungan yang erat dan kaitan yang kuat antara Pancur Kasih dan Gereja telah berlangsung semenjak Pancur Kasih didirikan hingga masa sekarang dalam bentuk kerjasama antara berbagai program Pancur Kasih dengan paroki-paroki di mana Pancur Kasih berkarya di seluruh pelosok negeri.
Sebagaimana yang kita ketahui, pada diskusi-diskusi dan gagasan awal pendirian YKSPK, selain beberapa intelektual dan tokoh masyarakat Dayak, ada juga pastor dan bruder yang terlibat aktif. Dukungan yang kuat juga diberikan oleh Keuskupan Agung Pontianak dengan memberikan beberapa fasilitas yang dibutuhkan oleh YKSPK dalam memulai karya-karyanya.
Mgr. Agustinus Agus sendiri seringkali terlibat dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh GPPK, bahkan sejak beliau masih menjadi pastor di Keuskupan Sanggau. Oleh karena itu, berkaca dari sejarah berdirinya Pancur Kasih dan karya-karyanya selama 40 tahun ini, kita melihat bahwa Pancur Kasih sesungguhnya hadir karena didorong oleh 2 (dua) daya pendorong utama yang sangat penting (elan vital) yakni Kebudayaan Dayak dan Kristianitas. Kedua Landasan Kultural dan Spiritual inilah yang menjadi pijakan Pancur Kasih dalam karya-karyanya.
Nilai-nilai Budaya Dayak yang memandang alam dan kehidupan sebagai “rumah bersama” bagi semua mahluk, seperti yang juga tercermin dalam kehidupan di rumah-rumah panjang serta dalam praktik pengelolaan sumber daya alam, telah menginspirasi dan mendorong Pancur Kasih melaksanakan karya-karyanya di berbagai bidang selama 40 tahun ini, dengan keyakinan bahwa kehidupan bersama secara ideal yang harus diperjuangkan adalah kehidupan yang bermartabat, mandiri, berdaulat dan berkesinambungan.
Bapak/ibu dan para aktivis sekalian,
Di Pancur Kasih, inilah yang menjadi tujuan bersama (bonum commune) yang terus diperjuangkan sebagaimana yang dirumuskan dalam Visi Pancur Kasih yakni: Masyarakat ”Dayak”, dan Masyarakat tertindas pada umumnya, mampu menentukan dan mengelola kehidupan dalam kebersamaan dengan semangat cinta kasih, hingga mandiri secara ekonomi, bermartabat secara sosial-budaya, berdaulat secara politik dan berkesinambungan.
Cinta Kasih yang menjadi inti dari iman Kristiani menjadi pendorong utama sekaligus pedoman bagi Pancur Kasih dalam melaksanakan karya-karyanya secara inklusif. Selama 40 tahun ini, Pancur Kasih telah menyumbangkan berbagai karya kemanusiaan bagi masyarakat, bangsa dan negara.
Lebih dari 30 lembaga pernah didirikan di lingkungan Pancur Kasih. Bersama dengan pegiat masyarakat sipil lainnya, Pancur Kasih juga turut mendirikan puluhan lembaga jaringan baik di dalam maupun di luar negeri.
Karya-karya Pancur Kasih mencakup berbagai bidang mulai dari Pendidikan Formal dan Non Formal, Pengembangan Media, Dokumentasi dan Publikasi, Pengelolaan dan Advokasi Sumber Daya Alam, Pengorganisasian Masyarakat dan Penguatan Hukum Adat, Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan, Pelestarian Budaya, Pemberdayaan Perempuan dan Anak-anak, Perlindungan Hak Asasi Manusia khususnya Hak-hak Masyarakat Adat, gerakan Pro-Demokrasi dan Partisipasi Politik Rakyat, dan lain-lain.