PERSOALAN POLITIK EKONOMI OLIGARKI YANG DIPOTRET FILM “DEMI 1%: KONSORSIUM 110” ITU TERJADI JUGA DI DAERAH KITA INI

984 Views

Penulis: Manuk Kitow | Foto: Dok ID/KR |Editor: R. Giring & Kriss Gunui’

Teraju, KR—Lantang bunyi loud speaker yang perdengarkan musik latar pengantar film “Demi 1%: Konsorsium 110” itu “memukul-mukul” dada para penonton. 30an penonton tersebut sebagian besar di antaranya adalah koordinator tempat pelayanan CU Sumber Kasih di berbagai daerah di Kalbar. Berikut catatan dari acara Bincang Kritis (BINGKIS) bersama aktivis perubahan CU Sumber Kasih itu.

Para penonton dan peserta diskusi terlihat antusias dan bersemangat sekali. Bincang Kritis (BINGKIS) yang diawali dengan NOBAR film berdurasi hampir 1 jam itu berlangsung pada Rabu sore (16/11) di aula pertemuan CU Sumber Kasih, Teraju, Kab. Sanggau.

Film dokumenter besutan Watchdoc bersama Greenpeace Indonesia dan Bersihkan Indonesia itu memotret kepentingan kekuasaan oligarki atas sistem demokrasi di tanah air hingga penguasaan tanah, hutan dan lahan.

KENYATAAN IRONIS

Para penonton diajak menguakkan tabir relasi kuasa politik ekonomi oligarki di negara tercinta ini. Di film tersebut dipertontonkan sebuah peristiwa (baca: preseden) politik hukum yang sistematis dan struktural bahwa melalui UU Cipta Kerja yang kontroversial itu, izin konsesi sawit di kawasan hutan, yang terlanjur diberikan pada periode sebelumnya “dianggap tidak bersalah” alias “diputihkan” alias tidak diberi sanksi hukum yang setimpal. Maraknya sengketa tanah sebagai implikasi dari keterlanjutan tersebut, di mana rakyat ada di posisi yang serba terjepit pun tak kunjung bisa terselesaikan.

Tak heran jika banyak kalangan, termasuk dari kelompok masyarakat sipil menentang UU Cipta Kerja itu diundangkan. Bahkan sejak masih berstatus RUU. Lebih jauh, film investigatif tersebut membuktikan bahwa Undang-Undang yang telah dinyatakan inkonstitusional bersyarat oleh Mahkamah Konstitusi pada November 2021 itu membuka peluang seluas-luasnya kepada investasi berbasis eksploitasi tanah, hutan dan lahan di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *