Asal Usul Musik Senggayung Menurut Dayak Jalai, Kab. Ketapang, Kalimantan Barat


Tidak lama kemudian, di lokasi yang letaknya tidak jauh dari pondok, mereka menemukan beraneka ragam jenis buah. Buah itu ternyata ada yang berduri, yang warnanya merah, kuning dan hijau. Tentu saja mereka penasaran. Akhirnya mereka membuka buah tersebut dan segera mencicipinya. Ternyata rasa buah tadi sangat enak.
Akhirnya mereka menetap di bawah pohon tersebut sambil menunggu buah itu jatuh. Pada suatu hari, ketika mereka sedang menunggu buah jatuh, mereka mendengar suara burung pampang pakuq berkicau di sekitar lokasi itu. “Adik, bagaimana kalau kita mengikuti suara burung tersebut, tapi dengan menggunakan bilah bambu?” kata Sang Kakak. Si adik pun mengangguk mengiyakan ajakan kakaknya.

Biak Kumang bersaudara tersebut bergegas mencari bambu. Mereka memilih dua bilah bambu terbaik untuk membuat sebuah alat musik yang dipukulkan sambil mengikuti kicauan burung pampang pakuq tersebut dan mereka menamai alat musik tersebut “Senggayung”.
Setelah beberapa hari berada di bawah pohon buah sembari memainkan “Senggayung” mereka akhirnya memberikan nama bagi mereka sendiri, masing-masing adalah Pucun dan Kecomer.
Tak seberapa jauh dari pondok tempat mereka tinggal, ada juga kampung lain yang membuang dua bersaudara Biak Kumang ke dalam hutan. Adapun nama kedua Biak Kumang tersebut bernama Cimen dan Cimer.
Mereka berdua terus berjalan menyusuri hutan. Setelah berhari-hari berjalan menyusuri hutan, mereka mendengar suara senggayaung yang dimainkan oleh Pucun dan Kecomer. Karena penasaran, Cimen dan Cimer mendatangi suara tersebut. Sesampai di dekat pondok, Cimen dan Cimer bertanya kepada Pucun dan Kecomer, “heiii… hantu ai mensie ai ? “Mensie,” jawab Pucun dan Kecomer.
“Onak ke mone kandin nen?” tanya Pucun dan Kecomer.
“Kai nin dalanjaq’an urang ke hutan jauh, natai puang, jadi kai nin onak unyang tambah,” jawab Cimen dan Cimer. “Nah kai nin kenggagalan kai nin oni am, oni buah, oni Senggayung kai,” sambung Pucun dan Kecomer.
***
Hingga sekarang Masyarakat Hukum Adat Dayak Jalai, Kampung Batu Monang, Kec. Jelai Hulu, Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimatnan Barat yang telah memperoleh SK Penetapan Pengakuan dan Perlindungan MHA dari Bupati Ketapang pada Agustus 2022 tersebut meyakini bahwa orang yang pertama membuat alat musik Senggayung adalah Pucun dan Kecomer yang tak lain adalah Biak Kumang bersaudara itu.
Adat Makan Buah
Ketika melaksanakan ritual “adat makan buah”, kala “meonjuq’an ancaq ke bawah durian penyimahan”, orang Dayak Jalai tidak boleh tidak memainkan Senggayung pokoq – musik khusus untuk menimang buah supaya terus tumbuh subur hingga masak. Adat makan buah adalah bagian dari adat panen buah atau yang disebut adat mearusan sandu suluh senggayung serunding diadakan sebagai wujud ungkapan syukur Masyarakat Adat Dayak Jalai, Batu Monang atas datangnya musim buah. Adat menimang buah disebut juga adat Kerinah Bunge, maksudnya adalahsupaya kelak bunga dan buah segala jenis buah tumbuh subur hingga musim buah tiba. (*)