Asal Usul Musik Senggayung Menurut Dayak Jalai, Kab. Ketapang, Kalimantan Barat
Penutur: Amius Amik | Penulis & Transkriber: Abel Robertus | Foto: Dok. AMA-JK | Editor: Darmono & Giring
Batu Monang, Jelai Hulu, Kab. Ketapang, KR – Dahulu kala di sebuah kampung, hiduplah dua bersaudara Biak Kumang. Alkisah pada awalnya dua bersaudara yatim piatu ini belum punya nama. Biak Kumang artinya anak yatim piatu. Diceritakan bahwa semua warga penduduk di kampung tersebut sama sekali tidak memperdulikan Biak Kumang itu. Saking tanpa perhatian dari warga sekampung, kala perut merasa lapar, agar bisa makan, dua bersaudara itu harus menunggu di kolong dapur rumah penduduk yang sedang makan.
Dari bawah kolong dapur warga itulah, Biak Kumang tadi berharap agar bisa mengumpulkan sisa-sisa nasi yang jatuh dari sela-sela lantai dapur penduduk yang sedang makan tersebut. Kemudian dengan menggunakan jarum, mereka menusuk tiap bulir nasi yang jatuh itu lalu dimakan. Begitulah kehidupan Biak Kumang itu.
Lantaran ketidaksukaan warga penduduk kampung itu terhadap keberadaan kedua Biak Kumang itu, maka suatu hari warga penduduk meminta Damung Adat untuk mengusir Biak Kumang itu dari kampung. Damung Adat memerintahkan penduduk untuk mengantar kedua Biak Kumamg tersebut ke dalam hutan yang jauh dari kampung. Ini dilakukan supaya kedua Biak Kumang itu menemui ajalnya di tengah hutan.
Akhirnya dengan berbekal sedikit nasi, dua warga penduduk mengantar Biak Kumang tersebut ke tengah-tengah hutan belantara yang jauh dari kampung. Di perjalanan, kala malam tiba, sampailah mereka di tengah hutan sehingga mereka sepakat beristirahat untuk makan. Sesudah makan mereka pun istirahat dan tidur di situ.
Pada saat Biak Kumang masih tertidur lelap, dua orang warga penduduk kampung yang mengantarkan mereka tadi pun pulang diam-diam. Kesokan paginya ketika mereka terbangun, dua orang yang mengantarkan mereka tadi pun sudah tidak ada. Biak Kumang lantas menangis karena perasaan mereka dilanda sedih sekali.
Namun tak lama kemudian, Biak Kumang tersebut mendengar kicauan burung. Kicauan burung tersebut berbunyi begini “pampang pakuq, robe keranji, raje mpokoq, bisi kuali”. Beberapa saat setelah burung tersebut berkicau, Sang Kakak Biak Kumang menemukan kuali di bawah pohon yang letaknya tidak jauh dari arah suara burung tadi.
Burung kembali berkicau, “pampang pakuq, robe kompas, raje mpokoq, bisi boras”. Biak Kumang bersaudara itu lantas bergegas melihat-lihat keadaan di sekitar. Aneh tapi nyata, mereka menemukan beras, parang, pemancap (alat untuk menyalakan api), terasi dan garam. Biang Kumang itu berpikir bahwa kuali, beras, terasi, garam, parang dan pemancap itu semua mungkin dengan sengaja ditinggalkan oleh orang kampung yang mengantarkan mereka kemarin.
Dua bersaudara yatim piatu tersebut membuat pondok di situ sehingga mereka memasak dan makan di pondok itu. Pada malam hari, saat tertidur, mereka terbangun karena mendengar ada sesuatu benda yang jatuh dari atas pohon. Mereka belum mau mencari tahu benda apa yang berbunyi tadi. Pagi, keesokan harinya mereka bergegas mencari-cari tahu benda apa yang tadi malam terdengar seperti jatuh dari pohon.