Agenda Politik Melaju Meski Virus Corona Belum Berlalu; Refleksi di Tahun Politik 2020
Oleh: Giring (Penulis Bergiat di Gerakan Pemberdayaan Pancur Kasih)
Artikel ini telah tayang di tribunpontianak.co.id dengan judul serupa, https://pontianak.tribunnews.com/2020/10/26/agenda-politik-melaju-meski-virus-corona-belum-berlalu-refleksi-di-tahun-politik-2020.
Garis finish tahun politik semakin dekat. Diskusi, hingga sedikit gaduh politik meningkat. Pilkada serentak 9 Desember 2020 akan berlangsung di 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota. Pilkada diikuti 270 daerah, 1 di antaranya Pilkada Kota Makassar yang diulang pelaksanaannya.
Semakin ke sini tiada hari tanpa bicara atau komentar yang berbau politik. Entah sekedar iseng bernuansa politik, mengenalkan profil Paslon, hingga blak-blakan minta dukungan atau ajakan untuk memilih Paslon tertentu. Di cafe, medsos, Tv, koran-koran, media digital dan di radio–politik pemilihan semakin ramai diomongkan. Seperti jamur bertumbuhan di musim hujan.
Di satu sisi, kita tak bisa menampik rasa kawatir terkait ancaman virus korona (Covid-19). Data menunjukkan, di Kalbar, kemarin (22 Oktober): positif 1.497, sembuh 1.267, meninggal 10. Dari 34 provinsi di Indonesia, penambahan kasus baru di Kalbar hari ini berada di urutan ke-16 terbanyak. Data ini berdasarkan Laporan Media Harian Covid-19 yang dipublikasikan Kementerian Kesehatan (Kemenkes, Kamis 22/10/2020), hingga pukul 12.00 WIB.
Data di atas adalah pesan bahwa semua pihak tak terkecuali para Paslon, pendukung dan simpatisannya mesti lebih keras lagi menegakkan imbauan otoritas kesehatan di masa kebiasaan hidup baru. Bila gagal beradaptasi, maka Kalbar bersiap-siap kembali ke zona merah.
O ya, kembali ke topik awal. Bahkan persoalan terkait dugaan korupsi, keadaan infrastruktur pelayanan publik dan kebijakan pemerintah di masa lalu, maupun di masa pandemi Covid-19 ini, tak luput terpapar virus politik. Virus politik banyak digandrungi akhir-akhir ini. Nyaris semuanya dikaitkan dengan politik.
Tapi, hiruk pikuk politik adalah hal biasa dalam negara demokrasi. Warga biasa yang semula acuh tak acuh, apatis, kini pun semangat memberikan komentarnya atau melempar persoalan/isu tertentu di akun medsosnya. Harapannya bisa diketahui atau direspon publik, juga oleh para kandidat dan Parpol yang berkompetisi.
Rupanya, kemajuan teknologi IT digital menjadi saluran pengaduan yang paling favorit digunakan, tanpa peduli ke mana afiliasi politiknya. Mereka tak perlu mendatangi atau minta dikunjungi para pengurus parpol, para Paslon dan elite politik.
Bagaimana agar simpati dan hati masyarakat bisa diraih untuk dukungan suara bagi Paslon? Di sinilah tim pemenangan peserta Pemilu serentak 2020 bekerja cerdas dan keras memaksimalkan kapasitas masing-masing dalam teknologi digital dan jaringannya hingga ke akar rumput. Peran Medsos dan media digital tak bisa diremehkan, meski hanya bisa untuk masyarakat di daerah yang terjangkau akses sinyal dan infrastruktur infokomnya.