Dialog Budaya dan Deklarasi Penguatan Program Budaya sebagai Perekat Nilai Sosial Kemasyarakatan
“RRI Pontianak, khususnya melalui Program RRI Pro 4 Pontianak akan melanjutkan Program Dialog Budaya sampai tahun 2024 nanti. Dialog Budaya penting terus menerus dibangun, apalagi menjelang Pemilu serentak Februari 2024 nanti,” jelasnya.
Viza Juliansyah mengatakan bahwa saling memahami satu sama lain itu perlu proses. “Membangun pemahaman satu sama lain pada dasarnya tak berbeda dengan membangun kharakter. Dari berbagai perbedaan yang ada banyak hal yang baik yang bisa diketahui. Tapi relasi yang saling memahami membutuhkan proses panjang membangunnya. Tidak mudah. Kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi sosial dengan yang lain. Perbedaan suku, agama, budaya itu adalah kenyataan sosial yang tak bisa dipungkiri. Kebutuhan akan interaksi satu sama lain pun tak bisa dielakkan, ” jelasnya.
Senada dengan Viza, Steve Greatness menerangkan bahwa masyarakat Kalbar harus mengembangkan nilai-nilai budaya yang positif. Ia menambahkan, bila saling memahami maka sikap saling menghargai satu sama lain itu akan terbangun. “Gagasan dan hasil karya yang berguna bagi perkembangan masyarakat patut dilestarikan dan dikembangkan,” urainya.
Sementara itu, Giring menjelaskan bahwa memahami perbedaan budaya itu perlu didasari rasa empati dan niat baik yang tulus untuk sebuah dialog antarbudaya. Ini perlu dijadikan sebuah gerakan bersama yang terus menerus sehingga dapat menumbuhkembangkan sikap saling memahami antarbudaya. Ia juga menyatakan kegelisahannya terhadap fenomena kaum muda yang gandrung dengan budaya bangsa lain ketimbang budaya bangsa sendiri. “Kaum muda masa kini lebih gandrung dengan budaya bangsa lain, ketimbang budaya bangsa dan daerah sendiri. Fenomena ini tak salah, tapi kita mesti menyadari bahwa bangsa kita memiliki kekayaan budaya yang tak boleh ditinggalkan, yang patut dibanggakan. Bangsa yang bermartabat adalah bangsa yang menghargai budayanya sendiri, ” jelasnya.
Modal Resolusi Konflik
Terkait potensi konflik antarkelompok yang berbeda, Giring menjelaskan bahwa nenek moyang kita mewariskan nilai kerjasama, gotong royong dalam praktik musyawarah mufakat. “Ini adalah modal budaya yang sekaligus bisa dijadikan model dalam penyelesaian konflik yang ada. Kerjasama adalah nilai budaya yang ada di setiap suku bangsa di Nusantara. Perselisihan antarkelompok yang berbeda tak akan bereskalasi menjadi konflik kekerasan jika para pihak mau berdialog melakukan musyawarah untuk mufakat hingga hubungan yang harmonis dapat diciptakan kembali, ” tutur Giring. ***

