PEREMPUAN ADAT DAN ANAK-ANAK KOMUNITAS TIONG KANDANG DI KALA BENCANA PANDEMI COVID–19

1.803 Views

Merawat Solidaritas di Masa Krisis

Tae Komunitas Tiong Kandang, Sanggau,
Interaksi perempuan Adat di Komunitas Tiong Kandang dengan alam dan sumber daya hutan sangat dekat. Bila biasanya hampir setiap hari perempuan dewasa bekerja di sawah, ladang, dan menyadap karet di kebun, maka tidak begitu ketika bencana pandemi virus Corona atau Covid-19 merebak. Kekhawatiran menyergap semua warga, tak terkecuali warga Perempuan Adat Tiong Kandang. Aktivitas perempuan dan anak remaja, termasuk anak sekolah di Desa Tae sedikit banyak terkendala. Interaksinya dengan alam mengalami penurunan selama 3 bulan bencana pandemi virus corona. Pelayanan belajar mengajar bagi pelajar, mulai dari SD, SMP hingga SMA tidak dapat dilakukan secara langsung di ruang kelas.

Jessika Febriani, Sedang melakukan aktvitas belajar di rumah menggunakan buku LKS.

Para pelajar belajar dan mengerjakan seluruh tugas mata pelajarannya di rumah masing-masing. Ambil contoh, Jessika Febriani, pelajar asal Kampung Mak Ijing, Desa Tae, yang duduk di kelas VII B, SMP Negeri 01 Balai mengatakan kepada Tim KR pada 10 Mei lalu, bahwa semua tugas, baikteori dan praktik yang diberikan guru sebelum pengumuman belajar dari rumah diumumkan. Siswa yang punya hoby menari dan teman-temannya harus mengerjakan semua tugas tiap mata pelajaran di rumah. Di antara tugas tersebut adalah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia yaitu membuat surat dinas, tugas Mata Pelajaran Matemaatika yakni mengerjakan soal pilihan ganda di LKS, kemudian tugas Mata Pelajaran Bahasa Inggris adalah menyanyikan lagu berbahasa Inggris yang direkam menggunakan HP. “Semua tugas mata pelajaran itu harus dikerjakan sesuai jadwal belajar harian di sekolah,” kata Jessika yang mengaku mulai ingin segera belajar di sekolah di Balai.

Peran Perempuan Adat

Tanpa menunggu arahan pemerintah, komunitas Tiong Kandang, khususnya Ketemenggungan Tae langsung mengambil inisiatif untuk menutup akses ke/dari 8 kampung di Ketemenggungan Tae, Desa Tae dengan cara berpantang ketat selama 3-4 hari (lihat publikasi KR per April 2020: https://kalimantanreview.com/wabah-covid-19-mengancam-dayak-tae-mohon-kepada-jibata-pejaji-penampa-demi-perlindungan-dan-keselamatan-kampung-dan-dunia/. Sesuai pengetahuan lokal, mereka menghelat ritual adat tolak bala. Tujuannya meminta keselamatan dan perlindungan dari Jibata Pejaji Penampa (Sang Pencipta) agar terhindar dari landaan segala penyakit, kesialan, sampar hingga virus Corona. “Dalam proses penyiapan ritual itu, perempuan dewasa dan anak-anak remaja memainkan peran dalam menyiapkan bahan-bahan ritual adatnya yang semuanya bersumber dari hutan adat. Ini memang sudah tradisinya,” jelas Yopos, salah seorang Pengurus Adat (Jaga atau Wakil Temenggung), Ketemenggungan Tae, melalui pesan singkat.

Inisiatif Masyarakat Adat itu secara langsung mendukung himbauan himbauan pemerintah terkait pencegahan dan penanggulangan penyebaran wabah Covid-19, terutama di Ketemenggungan Tae, Desa Tae. Tae terdiri dari 8 kampung yaitu Tae, Teradak, Semangkar, Padang, Maet, Mak Ijing, Bangkan dan Peragong.

Dampak Bencana Covid-19 dan siasat warga

Satu tanggapan untuk “PEREMPUAN ADAT DAN ANAK-ANAK KOMUNITAS TIONG KANDANG DI KALA BENCANA PANDEMI COVID–19

  • 12 Mei 2020 pada 9:49 pm
    Permalink

    Tetap semangat untuk semua perempuan adat yang ada di Desa Tae, semoga pandemi ini segera berlalu dan kegiatan kegiatan kelompok perempuan dapat terus berjalan 🙏🏻

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *