Kerja Sama dan Jaringan Kunci Keberhasilan Revitalisasi Kebudayaan Lokal Menenun Kain “Kebat” Dayak Iban Sebaruk

864 Views

Penulis: Tim KR | Foto: LLB | Editor: R. Giring

Sanggau,  KR – Seminar dan Pameran Karya Revitalisasi Pengetahuan Menenun Dayak Iban Sebaruk bertema “Menyelamatkan Pengetahuan Lokal Menenun untuk Pemajuan Kebudayaan” di aula Perpustakaan Daerah Kab. Sanggau, pada Kamis (12/10/2023) telah diselenggarakan dengan lancar.

Seminar dan Pameran dilaksanakan oleh Laja Lolang Basua’ (LLB), organisasi lokal pendamping Masyarakat Adat di wilayah tanah menua Tampun Juah,  khususnya di wilayah perbatasan RI-Sarawak, Malaysia.

Satu hal penting yang menjadi keyakinan besama dari rangkaian kegiatan tersebut adalah bahwa kerja sama dan jaringan merupakan kunci keberhasilan dalam upaya merevitalisasi kebudayaan lokal termasuk pengetahuan menenun kain “kebat” Dayak Iban Sebaruk.

Tak perlu diragukan lagi bahwa pengetahuan menenun kain kebat merupakan salah satu potensi objek pemajuan kebudayaan yang harus dilestarikan sebagaimana amanat Perda Nomor 6 Tahun 2019 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Kerajinan Tenun Kain “Kebat” dalam Perda Nomor 6 Tahun 2019

Bila dicermati secara lebih mendalam, maka kerajinan menenun kain “kebat” Iban Sebaruk dapat memenuhi setidaknya 7 (tujuh) objek pemajuan kebudayaan yang terdapat diatur dalam Perda Nomor 6 Tahun 2019 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Ketujuh objek pemajuan kebudayaan (OPK) di dalam kerajinan menenun kain “kebat” Iban Sebaruk itu mencakup: (1) Kerajinan tenun berkaitan erat dengan aspek tradisi lisan sebab merupakan pengetahuan yang selama ini diwariskan secara lisan; (2) Kain tenun ikat menyertakan aturan adat istiadat setempat; (3) ritual adat sebagai persiapan khusus jika hendak melakukan proses pembelajaran dalam sebuah kelompok; (4) kerajinan tenun ini termasuk warisan ilmu pengetahuan lokal/asli dalam bentuk lisan;  (5) alat-alat yang digunakan khas merupakan teknologi lokal berbahan dasar dari lingkungan sekitar, jika ada inovasi, maka tidak seluruh alatnya betul-betul baru; (6) kerajinan menenun kain “kebat” terkait aspek bahasa daerah – istilah-istilah berasal dari bahasa setempat yang digunakan sebagai perantara, termasuk nama motif, alat, ritual dan larangan jika diberlakukan, dan (7) aspek estetika atau keseniannya juga dapat ditemukan dalam pelbagai motif hasil karya kerajinan menenun kain “kebat” tersebut.

Menjadi Kebanggaan

Seluruh masyarakat di daerah Kab. Sanggau saat ini boleh senang dan lega karena Subsuku Dayak Iban Sebaruk yang merupakan satu-satunya Subsuku Dayak yang berada di wilayah perbatasan RI-Sarawak, Malaysia di Bumi Dara Nante ini yang memiliki kerajinan menenun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *